Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dialog Imajiner bersama Putra Sang Fajar

7 Juni 2020   06:36 Diperbarui: 8 Juni 2020   10:07 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bung Karno di cover majalkah Newsweek 15 Februari 1965/dokpri

"Karena itu, kita harus bergotong royong untuk terus membumikan Pancasila. Ada tiga cara yang dapat dilakukan yaitu: pertama, menggunakan politik untuk menjadikan masyarakat Indonesia yang berdaulat dalam berbangsa dan bernegara. Sebab, jika tidak, bangsa Indonesia akan terbawa arus globalisasi. Kedua, harus mampu menjadikan bangsa Indonesia mampu berdiri di atas kaki sendiri. Dan ketiga, menjadikan bangsa Indonesia berkepribadian di bidang budaya," begitu pesan Bung Karno.

Mendengar pesan yang disampaikan Bung Karno, saya lantas teringat arahan Presiden Joko Widodo baru-baru ini untuk membumikan Pancasila kepada seluruh penyelenggara negara melalui pemasukan nilai-nilai Pancasila dalam setiap kegiatan Kementerian/Lembaga. 

Dalam membumikan Pancasila, Presiden Joko Widodo juga menekankan mengeni perlunya membanjiri ruang-ruang publik dengan narasi-narasi ideologi Pancasila menggunakan media komunikasi yang tepat dan melalui hal-hal yang disukai generasi muda seperti musik, film, olahraga dan kuliner. Presiden mewanti-wanti agar kita jangan sampai kalah dengan upaya penyebarluasan ideologi lain yang narasi-narasi telah membanjiri ruang-ruang publik, khususnya di media sosial dan aplikasi-aplikasi percakapan online.   

Belum sempat saya menanggapi penjelasan Bung Karno yang terakhir, tiba-tiba suara azan terdengar dari aplikasi Muslim Pro di telepon genggamku yang mengingatkan waktu Ashar sudah tiba. Astagfirullahaladzim ... rupa-rupanya seusai sholat dzuhur tadi dan kembali ke ruangan kerja, saya justru tertidur di kursi kerja.

Saat tertidur tersebut rupanya aku bermimpi berjumpa dan berbincang-bincang dengan Bapak Bangsa dan Proklamator Kemerdekaan RI Sukarno atau Bung Karno.  Aku tentu saja sangat senang bisa berjumpa dengan Bung Karno dan berdialog meski dalam mimpi.

Bung Karno adalah sosok inspiratif. Ibarat sumur, Bung Karno adalah sebuah sumur yang dalam dengan air di dalamnya yang tidak pernah ada habisnya. Meski Bung Karno telah tiada, namun pemikiran-pemikirannya tidak akan pernah kering untuk dikaji, dibahas dan dituliskan.

Bekasi, 6 Juni 2020

Tulisan dibuat dalam rangka memperingati hari kelahiran Bung Karno 1 Juni 1901

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun