Mohon tunggu...
Aris Balu
Aris Balu Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis seputar fiksi dan fantasi || Bajawa, Nusa Tenggara Timur

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sejarah Sensor Media pada Anak-anak, Formalitas Tidak Berdasar

9 Agustus 2022   18:44 Diperbarui: 9 Agustus 2022   18:52 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: id.theasianparent.com

Serial kartun Tom and Jerry, misalnya, yang telah ditayangkan semenjak nenek saya perawan kini disensor pada setiap adegan slap-stick comedy bernuansa kekerasan. Kalau ada pembaca yang berani mengangkat tangan bahwa adegan Tom and Jerry pada waktu kecil membuat kalian ingin melukai orang lain, saya berani bertaruh kalian sedang berbohong.

Karakter Sandy pada kartun populer Spongebob Squarepants yang mengenakan bikini disensor seolah terdapat anak-anak di Indonesia yang terganggu hasrat seksualnya melihat tupai berpakaian dalam. 

Image: ngopibareng.id
Image: ngopibareng.id

Jadi kembali lagi pada masalah awal mengapa artikel ini dibuat: Bolehkah anak-anak menonton film horor? Iya, sangat boleh.

Jika orang tua hadir dan mengawasi serta memberi konteks yang sesuai dengan apa yang mereka tonton bersama. Psikologi anak merupakan masalah yang kompleks. 

Anak ialah peniru ulung. Oleh karena itu, perhatian orang tua dalam memberikan edukasi terhadap media yang dikonsumsi akan lebih besar pengaruhnya, sebab mata dan telinga anak lebih banyak tertuju pada orang tuanya dibandingkan dengan layar kaca.  Terimakasih sudah membaca :) 

Sumber: satu , dua, tiga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun