Mohon tunggu...
Aris Rusyiana
Aris Rusyiana Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

Mengabdi di BPS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Celeng Mati di Depan Rumah

22 Oktober 2020   09:25 Diperbarui: 22 Oktober 2020   09:44 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kejadian ini terjadi kira-kira lima tahun yang lalu sebelum pandemi Covid-19, di suatu daerah di Kota Tasikmalaya. Bila ada kesamaan tokoh, nama dan latar kejadian hanya kebetulan belaka.

"Ibuk, ada celeng mati di selokan depan rumah kita!!,"Faiz tergopoh gopoh mengabarkan kepada ibunya. Di luar, udara pagi masih dingin, berkabut, dan rerumputan masih basah setelah terguyur hujan gerimis sejak semalam.

"Tuuh, taringnya, mencuat gosong hangus kehitaman, mengerikan!!"

Seketika sayup sayup gumaman di pagi hari itu makin keras setelah orang-orang dewasa pada merubungi.

"Aneh, babi hutan dari mana?

"Pemukiman kita kan jauh dari hutan?!"

Ibunya hanya menatap Faiz dengan nanar. Rasa letih sekujur badan masih menerpanya. Semalam, Faiz dan ayahnya ketika pulang sholat ta'rawih dari masjid kampung, mereka menemukan dia sedang terkapar pingsan. 

Malam itu, dia merasa seolah-olah telah menjadi "pemuncakan keikhlasan dan penyerahan total kepada Tuhan'. Selama ini dia sering didera sakit kepala berkepanjangan dan rasa panas di dada. Itu seperti puncak dari segala ikhtiarnya mengusir segala gangguan yang secara rutin menyerangnya secara berkala. Dalam "pertempurannya" semalam, dia merasakan seolah olah telah menahan serudukan seekor babi hutan yang sangat ganas.

***

Dimulai dari dengusan keras di jendela kamar. Dia mencoba bangkit. Membuka tirai tidak ada apa apa. Karena letih dan sakit kepala yang diderita, perlahan dia menuju pembaringan. Dengusan itu ada lagi. Makin keras. Dengan membaca doa doa dan menguatkan hati, dia buka tirai. Tidak ada apa apa.

Dia mengambil Al-Qur'an, membaca dan meniatkan untuk kesembuhan dan bunyi bunyi itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun