Mohon tunggu...
Aris Budiyanto
Aris Budiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti dan Pemperhati Pendidikan

Metacognition, Mathematics Education, Teacher Development, Educatinal Policy, Islamic Eduction

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Kerja Keras Itu Tak Berguna?

28 Desember 2020   11:14 Diperbarui: 28 Desember 2020   13:25 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maqolah Hikam - 3 | dokpri

Setiap orang tentunya mempunyai keinginan untuk mewujutkan semua cita-citanya, mereka begitu bersemangat mengejar keinginan, melewati setiap rintangan, bahkan tak jarang mengesampingkan kepentingan pribadi, jangankan lelah, capek badan kalau memang nyawa dibutuhkan dengan senang dipertaruhkan. Orang-orang seperti itu sangat yakin bahwa apa yang dituju dalam cita-cita tersebut akan mendatangkan kebahagiaan dikemudian hari.

Begitu banyak orang yang mau menapaki terjalnya jalan meraih keinginan untuk bahagia namun hanya orang yang di ridhoi Allah lah yang akan mendapatkanya. Tak jarang juga kita saksikan atau bahkan diri sendiri juga merasakan kalau semua kerja keras, semua usaha yang dipertaruhkan tidak menjamin terwujutnya keinginan-keinginan itu. padahal sudah melakukan usaha yang sama, menggunakan modal yang sama atau bahkan lebih besar dengan orang lain namun tak kunjung juga apa yang dikejar tercapai, malah terkadang juga kita saksikan orang yang melakukan usaha yang lebih sedikit dari pada kita malah berhasil mendapatkan keinginan sama seperti apa yang kita inginkan.

Yang lebih buruk lagi malah menyalahkan tuhan seakan tidak adil memberikan rahmatNya, sudah berusaha, sudah berdoa, wirid, bersedekah namun apa yang diimpikan tak kunjung terealisasi. Allah SWT. Berfirman 

"Dan tiadalah kamu berkehendak, kecuali apa yang di kehendaki Allah Tuhan yang mengatur seisi alam". (QS. Al-Quwwirat: 29)

Bagi seorang yang bercita-cita tinggi semestinya ketika mempunyai keinginan yang besar sudah harus siap apakah nanti dia akan mendapatkan apa yang diinginkan dan juga harus siap jika apa yang diharapkan tertunda atau tak terwujut pencapaianya di dunia. Jangankan orang biasa yang penuh dengan ke alphaan hidup, para wali Allah yang banyak diberikan karomah dalam hidupnya juga tidak mampu merubah segala ketentuan yang sudah ditetapkanNya. Ketidak mampuan seseorang dalam mewujutkan apapun yang diinginkan semestinya membuatnya sadar untuk mendekat kepada Tuhan yang menguasai alam semesta dan memohon ridho dan kasih sayangNya.

Cita-cita keinginan hidup yang terebrsit di hati seorang manusia adalah suatu karunia besar karena hanya orang tertentu yang merasakan dan mau mencoba untuk mewujutkanya, dalam salah satu keterangan disebutkan bahwa, "ketika dimudahkan lisan seorang hamba meminta, adalah tanda Allah akan memberikan karunia kepada hambanya". Jadi keinginan seseorang adalah tanda bahwa orang tersebut akan memperoleh karunia, karena tidak semua orang memilikinya, masalah kapan tercapainya urusan Allah untuk memberikanya, namun yakinlah bahwa pasti akan mendapatkanya di waktu yang tepat.

Kebahagiaan sesungguhnya bagi orang yang mempunyai cita-cita adalah bagaimana mereka bisa mengisi hidupnya dengan sesuatu yang bermanfaat dan produktif, sementara hal berupa materi adalah tambahan bonus. 

Berbeda dengan orang yang tidak mempunyai hasrat cita-cita, mereka tidak menetapkan target yang ingin diraih, waktu-waktunya diisi dengan kegiatan yang kurang bermanfaat seperti bermain game, bercanda, ngobrol yang tanpa arah sehingga waktunya habis tanpa ada pencapaian. Berbeda dengan orang yang menetapkan rencana dalam hidupnya mereka memfokuskan setiap detik waktu menuju apa yang telah rencanakan, sehingga segala sesuatunya terukur.

Ketika mempunyai harapan dan mulai mewujutkan isilah dengan kesibukan untuk terus mendekatkan diri memantaskan kehendak sehingga nilai diri kita setara dengan cita-cita yang diinginkan, nikmati setiap proses hinga kita lupa dengan kegagalan, kegalauan sampai akhirnya Allah memandang kita pantas mendapatkan karunia besar tersebut. jangan pernah berhenti menyerah karena saat kamu melakukanya berarti adalah awal dari kegagalanmu dan sisa-sia usaha, kerja keras, dan pengorbanan yang selama ini dipertaruhkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun