Mohon tunggu...
aries lailiyah
aries lailiyah Mohon Tunggu... Freelancer - pengamat budaya

Tertarik sosial budaya, sastra, studi Islam, pendidikan dan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia Ayy

23 September 2022   03:15 Diperbarui: 23 September 2022   03:17 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Dia Ayy

 

Perjumpaan Kembali 

Ketika rembulan memantulkan cahaya kekuning-kuningan, dedaunan membuat jejak pada dinding kamar dari luar jendela kaca yang tirainya tertutup separo. Semerbak wangi Kantil mengudara di langit-langit kamar dan membuat siapapun yang masuk akan menikmati wewangian khas yang lembut. Aku menghela nafas panjang saat angin berhembus lumayan kencang, sehingga dedaunan yang semula tenang jadi berontak mengikuti arah angin. Seperti hatiku yang juga terus teroyak dalam 3 bulan terakhir ini, hampir setiap malam aku susah terpejam, pikiranku susah fokus untuk mengurus beberapa bisnis yang kalang kabut karena masalahku yang belum selesai serta hatiku yang sedang kacau dengan senyum seorang gadis yang tak mungkin aku gapai.

Namaku Firman Airlangga, kawan-kawanku memanggilku Erla tapi tidak dengan keluargaku yang memiliki panggilan sayang "Firman", aku lahir di Indonesia tapi hampir 20 tahun menetap di Singapura. Setelah menyelesaikan kuliah di NUS aku menikah dengan kekasihku Ellen, cewek kalem dan pandai dari Bandung yang sudah kupacari hampir 3 tahun. Awal dari pernikahan kami sangat bahagia, aku seperti lelaki yang sangat beruntung dengan bisnis yang menjanjikan, lulusan terbaik dan istri yang cantik jelita. Namun, itu hanya berjalan 1 tahun tidak penuh, watak yang dulu aku kenal baik berubah hampir 100%, entah karena aku yang tidak memahami atau waktu telah merubahnya. Komitmen yang sudah kita buat bersama dengan gampang ia ingkari, kemudian ia meninggalkanku meski aku sudah memintanya bahkan mengemis cinta padanya.

"Ellen... please don't leave me, there is a Shereb who needs us," kataku merajuk kala itu, bahkan tanpa malu aku bersimpuh di kakinya dengan air mata yang terus menetes, hatiku terasa tercabik-cabik melihat Ellen yang semakin hari tidak peduli dan membatasi komunikasi denganku. Dia seperti orang tertekan dan sangat tidak nyaman dengan kondisi ini, tidak ada suami yang ingin istrinya menderita, begitu pula aku. Selama masa pernikahan aku memanjakan istriku bak tuan putri yang masuk dalam istana kami, namun ternyata apa yang kuberikan belum cukup untuknya. Jerih payahku sama sekali tak berharga buatnya, hingga suatu malam dia bilang jika ingin kembali ke rumah orang tuanya.

"Ouuhh...,"dengusnya pelan, ia nampak muak menatapku kemudian memalingkan mukanya ke Shereb yang tertidur di box-nya. Bahkan adanya bayi perempuan yang lucu itu, Ellen tetap tidak memandangku sama sekali.

"Listen to me, we have decided to commit together!," kataku agak keras padanya, kulihat sekilas ia memandangku dengan tatapan tidak suka, aku memang tidak bisa memaksakan cinta di hatinya, tapi paling tidak kita berusaha bersama untuk tetap ingat janji yang sudah kita buat bersama sebelum menikah. Aku kembali membayangkan ucapannya saat kutanya apakah siap dia ikut denganku dalam keadaan susah dan senang? Mengikutiku kemanapun aku pergi? -- dan nyatanya komitmen itu sangat murah. Ia kembali mengejar mimpinya yang itu membuat kami berpisah. Ahgg sudahlah...aku tidak ingin mengingat hari-hari kelam itu, semakin aku mengingatnya maka aku semakin merindukan Shereb dan ketika hatiku tercabik akan kerinduan ini aku semakin membenci Ellen, mantan istriku.

Aku sempat stress berat dalam dua bulan pertama, apapun yang kulakukan nampak hambar dan aku tidak pernah berhenti memikirkan putriku yang baru 4 bulan. Anak yang sedang lucu-lucunya, yang seharusnya setiap pagi aku menggendongnya, mencium pipinya, menatap senyum dan mendengar tangisnya, tapi aku kehilangan moment bersamanya. Kini, jika aku melihat anak seusia Shereb, jiwa kebapakanku langsung muncul dan menjadi mellow. Ouhh ya Tuhan...dosa apa yang kuperbuat sehingga kau berikan cobaan padaku seperti ini?, hampir saja aku tidak kuat menahan pilu derita rindu dan benci yang bersarang menjadi satu dalam kalbu, jika saja aku tidak bertemu lagi dengan kawan lama yang pernah kukenal dari teman saat berkunjung ke Yogyakarta. Ayy namanya, 4 tahun lalu aku sering pulang pergi Singapura-Yogya karena ada bisnis dikota pelajar itu, di sela-sela kesibukanku mengurus bisnis temanku Ashib mengajakku pergi nongkrong di J.Co Ambarukmo Plaza dan disana ada Ayy serta satu temannya namanya Berlian. Ashib teman satu Asrama di NUS, dia asli Yogyakarta dan memang kami sering main bareng dimanapun kita bertemu. Sedangkan Ayy dan berlian adalah mahasiswa Pasca UII, bahkan Aship mengenal mereka berdua karena kakak sepupu Ayy adalah teman Aship saat kuliah di Yaman dulu. Jadi, pertemanan kami agak panjang sanadnya.

Tepatnya 2 bulan lalu aku tak sengaja bertemu dengan Ayy di Quality Hotel saat aku menginap disana, saat aku berdiri di depan dinding kaca yang memberikan panorama kolam renang, mataku langsung tertuju kepada gadis menggunakan handuk besar yang duduk dengan meminum jus merahnya, awalnya aku hanya senang melihat pemandangan itu, hingga 5 menit aku menatap tanpa henti setiap gerak geriknya yang bersendau gurau dengan teman-temannya, sampai akhirnya kakiku melangkah menuju kolam tersebut dan saat aku menyadari sepenuhnya ketika jiwa dan tubuhku berada di tempat terbuka itu aku melangkah mendekati gadis tersebut dan bibirku menyapanya "Ayy?,"---ia menoleh dan tersenyum "hai mas Erla", sapanya---ya ternyata itu benar Ayy dan dia tidak lupa denganku. Dia nampak jauh lebih cantik disbanding 4 tahun lalu dan sikapnya semakin manis membuat naluri lelakiku berdesir tak karuan.

"Apa kabar Ayy?," tanyaku canggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun