Mohon tunggu...
Ariq Hawari
Ariq Hawari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Newbie Author

HMU @ariqhwr

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sikap Berbahasa Mahasiswa

9 Mei 2021   18:00 Diperbarui: 9 Mei 2021   18:02 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sikap bahasa atau language attitude merupakan tata keyakinan atau kognisi yang relatif berjangka panjang mengenai bahasa yang memberikan kecenderungan kepada seseorang untuk bereaksi dengan cara tertentu yang disenangi (Anderson dalam Chaer dan Agustina, 1995). Menurut Kridalaksana (2001), sikap bahasa merupakan posisi mental atau perasaan terhadap bahasa sendiri atau bahasa orang lain. Sikap bahasa terbagi atas positif dan negatif. Sikap positif bahasa memiliki tiga ciri, yakni 1) kesetiaan bahasa (language loyalty), 2) kebanggaan bahasa (language pride), dan 3) kesadaran adanya norma bahasa (awareness of the norm) (Garvin dan Mathiot dalam Chaer dan Agustina, 1995). Kesetiaan bahasa berarti adanya dorongan dari suatu masyarakat bahasa untuk mempertahankan bahasanya. Dalam hal ini dapat berupa pencegahan terhadap berbagai bahasa asing. Kebanggaan bahasa mendorong seseorang mengembangkan bahasanya dan menggunakannya sebagai identitas dan kesatuan masyarakat. Kesadaran adanya norma mendorong orang menggunakan bahasanya dengan cermat dan santun.

Sikap negatif bahasa merupakan kebalikan dari ketiga sikap positif tersebut. Artinya, seseorang lebih suka menggunakan bahasa selain bahasa Indonesia. Masyarakat mulai banyak yang menggunakan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sikap bahasa yang dimiliki adalah negatif. Demikian pun ketika seseorang sudah tidak merasa bangga dengan bahasa Indonesia. Fenomena ini dapat ditemui terutama pada remaja yang lebih suka menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi. Sikap negatif terhadap bahasa terjadi karena tidak dimilikinya lagi gairah atau dorongan untuk mempertahankan bahasa. Banyak faktor yang menyebabkan hilangnya rasa bahasa, antara lain karena politik, ras, etnis, dan gengsi (Chaer dan Agustina, 1995).

Pada era globalisasi seperti sekarang ini banyak sekali kebudayaan luar yang masuk dan secara tidak disadari telah terintergrasi dalam kehidupan sehari-hari seperti gaya berpakaian terlebih lagi gaya berkomunikasi yang mempengaruhi sikap berbahasa seseorang. Ada banyak sekali kata-kata yang menggantikan bahasa indonesia sebagai bahasa sehari-hari karena dianggap lebih ringkas saat terucap, contohnya: brads, berasal dari brothers yang apabila diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia berarti saudara laki-laki. Contoh lainnya adalah make sure yang berarti memastikan. Mungkin biar lebih paham kita bahas satu contoh terakhir yaitu prefer yang berarti lebih menunjukkan ketertarikan pada hal lain. Kata-kata terserbut dianggap lebih ringkas terucap karena memiliki kosakata yang lebih sedikit. Tadi kita sudah membahas contoh kata yang menggantikan bahasa indonesia dalam berkomunikasi sehari-hari, selanjutnya kita akan membahas semua contoh kata di atas menjadi satu kalimat seperti di bawah ini:

"Jangan suka terburu-buru brads, gua sih prefer ke saran si boim tadi aja mending lu make sure dulu semua berjalan dengan baik".

Itulah contoh kebudayaan luar yang terintegrasi dalam keseharian kita di negara kita yang tercinta, Indonesia. Lalu selanjutnya apakah fenomena tersebut dapat mempengaruhi kecintaan kita terhadap bahasa indonesia? Jika iya, bagaimana kita sebagai mahasiswa menyikapi hal tersebut?

Seiring kemajuan teknologi, bahasa Indonesia bukan merupakan satu-satunya bahasa yang dikuasai oleh seseorang. Kemajuan teknologi membawa pada kemudahan berkomunikasi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Hal inilah yang kemudian menjadikan seseorang tidak hanya dapat berbahasa Indonesia, tetapi juga berbahasa lain. Bahasa-bahasa asing ini sengaja dipelajari untuk membekali para tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri. Selain itu, penguasaan terhadap bahasa asing dapat memudahkan seseorang dalam berkomunikasi di media sosial. Semakin terbuka dan mudahnya komunikasi lintas negara telah memunculkan fenomena tertentu terhadap bahasa Indonesia. Fenomena tersebut berupa semakin berkurangnya para pengguna bahasa Indonesia, terutama di kalangan pemuda atau mahasiswa. Hal ini didukung dengan adanya anggapan bahwa orang yang pandai adalah orang yang fasih berbahasa asing. Dalam hal ini adalah bahasa Inggris.

Berdasarkan hal tersebut, banyak mahasiswa yang berusaha belajar bahasa Inggris. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap keberadaan bahasa Indonesia. Seiring berjalannya waktu, sangat mungkin jika bahasa Indonesia sudah jarang digunakan dan digantikan oleh bahasa asing. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk dapat mengantisipasi hal tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun