Mohon tunggu...
Arip Imawan
Arip Imawan Mohon Tunggu... Pengacara - Arip seorang Lawyer, Blogger, Traveler

semakin bertambah ilmuku maka semakin terlihatlah kebodohanku

Selanjutnya

Tutup

Politik

Premanisme dan Pemilu Curang, Strategi Kaum Fundamentalis Ekonomi Berkecukupan

14 Maret 2019   20:03 Diperbarui: 14 Maret 2019   20:20 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada hal menarik ketika saya diskusi bareng Prof DR Zainuddin Maliki, MSi. Yang lagi hits diskusi tentang pesta demokrasi 5 tahunan dinegeri ini, yakni pemilu 2019. 

Barusan beliau menulis di kolom PW Muhammadiyah Jawa Timur yang berjudul "Premanisme dan Pemilu Curang, Strategi Kaum Fundamentalis Ekonomi Berkecukupan" berikut tulisan beliau :

Demokrasi sebagai instrumen yang dianggap telah final---setidak-tidaknya begitu menurut Fukuyama---ternyata tak sanggup menghentikan penjarahan, kekerasan, dan teror yang dilakukan oleh kelompok fundamentalis.

 Bukan kekerasan atau teror yang dilakukan oleh fundamentalis agama saja, tetapi juga yang dilakukan oleh kaum "fundamentalis berkelimpahan" (affluent fundamentalism).

 Justru atas nama demokrasi, "fundamentalis berkelimpahan" ini memilih jalan kekerasan dengan dalih melindungi demokrasi, menegakkan kesetaraan, melindungi minoritas, merawat kebhinekaan, inklusifisme, dan toleransi. Padahal sebenarnya mereka hanya ingin melindungi kepentingan ekonomi politiknya saja.

 Mereka tak segan menyatakan perang total terhadap siapa saja yang dianggap menghalang-halangi kepentingan politik, bisnis, ekspansi modal, produksi, dan pasar ekonominya.

 Pengakuan John Perkins, dalam bukunya Confessions of an Economic Hit Man dapat dijadikan acuan mengenai cara-cara kelompok affluent memenuhi kepentingan ekonomi politik mereka. Kaum berkecukupan itu melakukan berbagai cara. Mereka tak segan melakukan kecurangan dalam bisnis, juga dalam membuat laporan keuangan. Bahkan melakukan pemilu curang, pemerasan, termasuk ancaman, teror, kekerasan, dan bahkan kudeta.

 Oleh karena itu jangan dikira perilaku fundamentalisme hanya datang dari kelompok agama, yang umumnya mereka lakukan kekerasan karena terpinggirkan dari segi ekonomi. Karena desakan ekonomi itu mereka terpinggirkan lalu cenderung menyelesaikan masalah dengan kekerasan dan bahkan terorisme.

 Namun, sebenarnya yang justru lebih berbahaya adalah kekerasan yang dilakukan oleh kelompok affluent---kelompok yang dilihat dari ekonomi sangat cukup bahkan sangat kuat. Justru dalam posisi ekonomi yang kuat itu mereka berupaya untuk melestarikan kondisi kelimpahan ekonomi mereka.

 Dalam rangka menjaga kelangsungan ekonomi affluent mereka, kelompok ini terus berekspansi. Sedapat mungkin seluruh ruang kehidupan di permukaan bumi ini, tak terkecuali istana, parlemen, peradilan, dan aparatus represif negara harus berada dalam kontrol mereka. Tentu dengan mengerahkan seluruh kekuatan, meminjam bahasa Kenichi Ohmae, melibatkan empat "I"---investasi, industri, individu, dan informasi.

 Sebenarnya kalau saja Ohmae jujur, tidak hanya empat "I", tetapi kelompok "affluent fundamentalis" atau "fundamentalis berkelimpahan," tersebut berusaha melengkapi alat ekspansi mereka dengan alat-alat represif, terutama kekuasaan, lembaga peradilan, dan militer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun