Mohon tunggu...
Ario Aldi L
Ario Aldi L Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Menulis ketika senggang, semakin banyak belajar semakin tidak tau apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Dilematis Paham Rasionalisme dan Paham Saintisme

31 Juli 2020   22:15 Diperbarui: 31 Juli 2020   22:17 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Franz Magnis-Suseno, Alinea.id 


Dalam abad ke-17 modernitas betul-betul mulai bergulir. Proses ini mencakup "perubahan-perubahan" mendalam: Hasilnya adalah industrialisasi dan sebagai akibatnya perubahan pertanian, 'Pencerahan' intelektual dan revolusi-revolusi politik dan sosial" [Armstrong 294]. Di sini kami memperhatikan segi perkembangan intelektual.

"Pencerahan" adalah nama yang diberikan oleh para filosof yang menghitung diri termasuk di dalamnya. Nama ini menjelaskan apa yang mereka upayakan: Membuat budi manusia cerah, mengusir kegelapan takhayul dan kepercayaan-kepercayaan irasional.

Immanuel Kant (1724- 1804) memberikan definisi yang tepat dan bagus: "Pencerahan adalah luarnya manusia dari ketidakdewasaan yang disebabkannya sendiri. Ketidakdewasaan adalah tidakmampuan untuk memakai nalar tanpa bimbingan orang lain. 

Ketidakdewasaan itu salahnya sendiri apabila sebab musababnya bukanlah kekurangmampuan untuk bernalar, melainkan kekurangan tekad dan keberanian untuk memakai nalar tanpa bimbingan orang lain.

Pencerahan itu merupakan "Dasar semua masalah hidup dari kerohanian modern" [Troeltsch, lih. Weger 112]. Tuntutan inti Pencerahan adalah agar manusia berani berpikir sendiri dan mempercayai sesuatu yang tidak bertahan di hadapan nalar. 

Pencerahan menolak mempercayai sesuatu semata-mata karena tradisi atau karena dipermaklumkan oleh penguasa duniawi atau rohani. Karena itu, tatanan masyarakat tradisional yang berdasarkan susunan masyarakat yang hirarkis patrialistik harus digantikan dengan tatanan dimana semua warga dianggap sama dan bebas.

Orang tidak lagi bersedia menerima sesuatu hanya karena pihak-pihak yang berwenang, entah dalam agama,  entah negara yang mengharuskannya.

Baca : PJJ dan Absurditas

Pencerahan itu di satu pihak akibat dari empirisme, di lain pihak melahirkan rasionalisme. Empirisme disini pertama-tama dimaksud sebagai pendekatan baru dalam ilmu-ilmu alam. Bukan tradisi, melainkan eksperimen yang menghasilkan pengetahuan. Orang harus memperhatikan apa yang terjadi, harus meneliti data-data empiris, dan dari situ ia mengetahui hukum alam. Thomas Hobbes (1588-1679) menerapkan pendekatan itu pada manusia. 

Manusia bisa dikendalikan apabila struktur motivasi tindakannya diketahui. Seperti kita dapat mengendalikan jalannya arloji, asal kita tahu mekanisme yang menggerakkannya, begitu kita dapat mengendalikan tindakan manusia, apabila kita mengetahui motivasi-motivasi mana yang menggerakkannya.

rasionalisme adalah sikap yang mengukur segala kepercayaan pada nalar. Suatu anggapan atau kepercayaan yang tidak bertahan bterhadap pemeriksaan kritis nalar, tidak rasional dan harus ditolak. Pendekatan rasionalis itu segera diarahkan kepada agama (Kristiani).

Rasionalisme menuntut agar segala hal yang misterius dihilangkan ari agama. Agama seluruhnya harus dimengerti oleh nalar, Wahyu pun sebenarnya dapat diketahui dengan nalar manusia. Tetapi lama kelamaan Kitab Suci Perjanjian Lama dan Baru semakin diserang: Rasionalisme menolak adanya wahyu dan mukjizat. 

Agama direduksikan menjadi ajaran moral, suatu lembaga untuk membuat manusia bertindak secara beradab. Kant-sendiri seorang Protestan-menyatakan bahwa segala perbuatan "Yang dilakukan manusia menjadi berkenan pada Allah dengan melampaui hal hidup dengan baik" adalah tidak lebih daripada "Kegiatan Agama" [dikutip dari Weger 111]. Agama menjadi moralitas belaka.

Artikel lainnya : Mengupas Kebiasaan Masyarakat Era Kenormalan Baru

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun