Mohon tunggu...
Ario Aldi L
Ario Aldi L Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Menulis ketika senggang, semakin banyak belajar semakin tidak tau apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pembelajaran Jarak Jauh dan Absurditas

28 Juli 2020   20:28 Diperbarui: 30 Juli 2020   00:45 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Chicago Arsitektur Kota Cityscape (Pixabay.com)


Siapa yang tau apa yang akan terjadi saat seluruh lini pendidikan kembali aktif. Tapi bagi saya pribadi hal ini akan menjadi normal dalam beberapa hari bahkan dalam beberapa minggu kemudian.

Dengan modal internet dan gawai dengan spesifikasi tertentu siswa bahkan mahasiswa dapat memperoleh pendidikan layaknya sekolah kejar paket atau bahkan jenjang perguruan tinggi seperti Universitas Terbuka. Sistem yang ada saat ini adalah hasil dari asimilasi metoda pembelajaran.

Baca : Pendidikan Daring beserta Dampaknya

Hal ini tentu menarik. Masyarakat dihadapkan dengan pola yang baru. Masyarakat harus berdamai dengan hal tersebut. Rasio keberhasilan metoda pembelajaran jarak jauh masih lebih baik daripada pendidikan mati total. Tapi ada kekhawatiran lainnya yang dirasakan para orang tua bahkan saya sendiripun demikian. Apakah dengan pembelajaran jarak jauh ketimpangan sepeti degradasi definitif dapat di minimalisir?

Tentunya hal tersebut akan menjadi PR bagi para pengajar, bahkan siswa sekalipun. Sistem yang ada saat ini membuat tipe kurrikulum 2013 mendekati rasio keberhasilan yang memumpuni, yaitu siswa diharapkan dapat berperan aktif sedangkan pengajar hanya berperan sebagai pengawas yang prosentase keaktifannya tidak lebih dari 30%

Tapi jika pembelajaran jarak jauh (PJJ) akan berlanjut sampai waktu yang tidak ditentukan. Maka hal yang perlu dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) adalah mengevaluasi sistem dan skema sks perguruan tinggi terlebih pada prodi-prodi yang berhubungan langsung dengan gelar sarjana pendidikan. 

Karena wabah ini bersifat masif dan terstruktur. Tentu jika mahasiswa yang sedang berada di pertengahan masa kuliah sangat membutuhkan jenis keterampilan agar tujuan dari pembelajaran jarak jauh terpenuhi.

Baca juga : Mengupas Kebiasaan Masyarakat Era Kenormalan Baru

Akan tetapi kesampingkan hal tersebut terlebih dahulu. Belakangan ini kepala saya dipenuhi oleh kalung serba guna layaknya gelang Power Balance yang tenar pada masanya. Benar, kalung Eucalyptus. Menteri Pertanian, Terawan Agus Putranto tentu tidak bisa tidur nyenyak. Karena tidak sedikit kritik yang datang kepadanya beruntun dan saya kira bukanlah kritik yang membangun.

Asumsi masyarakat memang tidak bisa dibendung begitu saja, jika memang tindakan yang diambil dan kebijakan yang dicanangkan jauh dari kepentingan kesejahteraan masyarakat. Mungkin hal ini bisa dijadikan evaluasi bagi Menteri Pertanian maupun para menteri-menteri lainnya. Mungkin membahas kelucuan para petugas negara cukup disini dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun