Mohon tunggu...
Ario Aldi L
Ario Aldi L Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Menulis ketika senggang, semakin banyak belajar semakin tidak tau apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Partikelir Pelaut Tua

6 November 2018   18:40 Diperbarui: 29 Juli 2022   04:15 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Didayung perlahan dengan bantuan angin laut, Sementara Pak Tua memasang lampu oplek di tiang.  Cukup setengah jam sudah sampai di tengah laut, karena awan cukup cerah sehingga bulan terlihat begitu besar. Kalau melempar jaring Pak Tua lebih ahli, karena sudah berpuluh-puluh tahun melaut. Jaring sudah di tebar.

 "Tinggal menunggu waktu yang tepat," kata Pak Tua.

Pemuda mengeluarkan rokok sembari menawarkan pada Pak Tua. Mereka berbincang ditemani rokok dan kopi yang dibawa pemuda sebelum melaut itu. Mereka mengobrol tak mengenal topik, penting atau tidaknya bagi kehidupan mereka.

Kopi hampir habis mereka mengangkat jaring, perhitungan Pak Tua tepat, terlihat cukup banyak ikan yang tertangkap. Lumayan banyak untuk dibagi hasil penjualannya esok pagi, setidaknya bisa digunakan untuk kebutuhan sekeluarga. Mereka segera menepi jikalau telat angin laut akan datang di hari berikutnya.

Setelah sampai di pesisir, mereka mampir di warung membagikan beberapa biji ikan hasil tangkapannya. 

Selepas itu mereka pulang, sang istri yang menjual ikan di pasar. Untung tulang punggung Pak Tua selalu dibalut doa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun