Dalam selebaran promosi yang dibagikan tertera angka SAR 200 untuk sepak bola. Sudah gitu tidak dijelaskan harga tersebut apakah untuk iuran sebulan, setahun, atau biaya pendaftaran saja.
Karena anak saya ingin ikut latihan sepak bola, saya tanyakan ke salah satu guru di sekolah itu. Jawabannya sungguh sangat mengejutkan, karena biaya latihan SAR 200 itu untuk sekali datang, seminggu sekali.
Saya langsung 'mundur teratur', tak sanggup membayar sebanyak itu untuk sekali latihan bola yang hanya beberapa jam.
Pada tiap semester (6 bulan) selalu ada 'school trip' satu atau dua kali, biasanya mengunjungi museum atau taman tema (theme park).
Pada school trip terakhir beberapa minggu yang lalu anak-anak kelas diajak bermain 'paint ball', dengan biaya SAR 150 per anak.
Sayangnya, kata anak saya, kebanyakan anak-anak tidak puas, karena baru bermain sebentar (kurang dari satu jam) sudah disuruh berhenti untuk acara makan siang, kemudian pulang.Â
Pengalaman kami kalau berkunjung ke theme park, kami selalu berlama-lama, bermain sampai puas. Sayang kalau harga tiket masuk yang mahal hanya dimanfaatkan sebentar saja.
Berdasarkan pengalaman tersebut, dapat dipahami bahwa kalau ada acara school trip serupa, banyak anak yang tidak mau ikut. Mereka lebih memilih tinggal di rumah (yang tidak mengikuti school trip boleh tidak masuk sekolah).
Satu hal lagi yang berbeda dengan pendidikan di Indonesia, di Saudi tidak ada 'Ijazah Sekolah Dasar'. Sekolah hanya akan memberikan daftar nilai sebagai tanda lulus sekolah.
Meskipun demikian, selalu diadakan upacara besar layaknya wisuda sarjana, lengkap dengan jubah dan toga, untuk merayakan kelulusan. Â Tetapi, ya, lagi-lagi, kami harus membayar mahal untuk biaya wisuda, termasuk untuk membeli jubah dan toga sebagai pakaian wajib.
Pada acara wisuda sarjana yang sesungguhnya, biasanya jubah dan toga itu disewa saja, sehingga biayanya lebih ringan. Tapi begitulah kebiasaan di Saudi, yang serba wah dan mewah.