Mohon tunggu...
Arinta Setia Sari
Arinta Setia Sari Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger dan Beauty Reviewer

Lifestyle blogger dan beauty reviewer. Pemenang Anugerah Pewarta Wisata Indonesia (APWI) Kemenpar 2019 kategori blogger. Blognya di arintastory.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

I love Reading Book

24 Februari 2016   02:26 Diperbarui: 24 Februari 2016   02:41 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“A book is a device to ignite the imagination.” ( Alan Bennett)

Saat saya kecil, tidak ada yang lebih menarik dari 3 hal berikut, acara TV di hari minggu, permainan tradisional dan buku-buku. Saya suka nonton animasi seperti Doraemon, Detective Conan, Inuyasha, Chibhi Maruko Chan, dan film-film garapan Disney. Apapunlah, sesuatu yang tayang dari jam 7 pagi hingga 12 siang. Bubar nonton TV, terkadang saya main ke rumah teman. Apalagi kalau bukan main petak umpet, gobaksodor, pasaran, lompat tinggi, dan sebagainya. Makin banyak yang ngumpul makin asyik dan seru. Semakin sore, semakin rame.

Pada masa itu internet belumlah seperti sekarang ini, di mana orang bisa memilih bacaan favorit melalui berbagai e-book yang dijual di Amazon, Google Play, online book store, dan sebagainya. Bahkan ada gadget bernama Kindle yang diciptakan untuk netizen atau peselancar di dunia maya yang doyan membaca e-book. Kamu bisa membaca apapun dan di mana pun kamu suka. Entah di perpustakaan, kedai kopi yang ber-wifi atau di kamarmu yang nyaman.

Sedari kecil saya gila membaca. So, jika waktu luang saya menghabiskan berjam-jam dengan membaca novel atau komik. Komik favorit saya apalagi kalau bukan Doraemon dan Conan. Bobo adalah majalah yang saya buru dan saya tunggu di tiap edisinya. Untuk bacaan anak-anak, saya tergila-gila sama serial horor Goosebump-nya R.L Stine. Sehabis membaca Goosebump, saya terus terhantui sampai enggak bisa tidur. Saya membayangkan monster-monster keluar dari kegelapan malam dan melahap saya hidup-hidup.

Membaca mengasah imajinasi. Selain itu, melalui membaca kita bisa menciptakan sederet prestasi. Percaya? Ketika SMP saya pernah menyabet juara 1 Olimpiade Sains Biologi tingkat Kabupaten Pekalongan dan menjadi delegasi sekolah di tingkat Propinsi Jawa Tengah. Ini catatan menarik, sebab selama ini SMP saya tidak pernah sekalipun masuk 3 besar dalam kejuaraan olimpiade sains. Saya yang pertama kali memecahkan rekor tersebut. Sebuah prestasi yang cukup membanggakan bagi anak cupu seperti saya.

Teman-teman di sekolah menjuluki saya perpustakaan berjalan. Bintang kelas. Eh ini pujian atau sindiran sih sebenarnya? Hahahaha. Mereka pikir saya ini cerdas dari sononya. Padahal tidak sama sekali. Saya hanya bermain strategi dan lebih banyak membaca di bandingkan yang lain. Itu rahasianya.

Siswa-siswa yang biasanya menjadi jawara di ajang olimpiade sains biasanya di sekolahnya memiliki kelas olimpiade. Mereka yang terpilih, dilatih dan dimotivasi di kelas khusus tersebut selama setahun. Sekolah saya tidak demikian. Tidak ada kelas olimpiade. Segalanya saya mulai dengan belajar mandiri. Otodidak. Tanpa mentoring dari guru biologi. Saat anak-anak sibuk menggosip atau nongkrong di mal, saya menghabiskan berjam-jam di perpustakaan. Mempelajari bentuk kehidupan sederhana mulai dari sel, organela, hingga organisme. Bercengkrama dengan taksonomi dan nama-nama latin. Berkencan dengan Charles Darwin, Gregor Mendel, Carolus Linnaeus, Louis Pasteur, dan Alexander Flemming sekaligus. Kembali ke era dark ages. Abad pertengahan.

Setahun saya belajar gila-gilaan. Kebayangkan hasilnya kayak apa? Sebab hasil tak akan pernah mengkhianati proses.

Saya tidak bisa terlepas dari buku. Buku apapun. Sesuatu yang menarik perhatian saya. Entah novel, kumpulan cerpen, biografi tokoh, buku pelajaran, buku motivasi dan sebagainya. Orang-orang yang memiliki sederet prestasi, paling enggak dia suka membaca. Menghabiskan waktu sembari riset, mencari referensi di internet, melahap buku-buku, dan jurnal-jurnal jikalau ada. Apapun profesi dan latar belakangnya. Entah seorang ilmuwan, psikolog, entrepreneur, atlet, peraih hadiah nobel, selebritas, blogger, penulis, bankir dan yang lainnya. Mereka butuh pengetahuan, wawasan serta asupan bergizi yang mampu meningkatkan kapasitas diri dan intelektual.

Ada satu hal lagi pengalaman yang ingin saya ceritakan. Sedih sekali kalau saya mengingat hal ini. Bingung juga harus memulai darimana. Well, waktu telah berlalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun