Mohon tunggu...
Arinta Setia Sari
Arinta Setia Sari Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger dan Beauty Reviewer

Lifestyle blogger dan beauty reviewer. Pemenang Anugerah Pewarta Wisata Indonesia (APWI) Kemenpar 2019 kategori blogger. Blognya di arintastory.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gini Lho Cara Asyik Belajar Sejarah Bareng Komunitas Malam Museum

4 Oktober 2018   12:20 Diperbarui: 4 Oktober 2018   12:25 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer jogja dalam Komunitas Malam Museum. Dokumentasi K-jog

Yogyakarta, 28 September 2018

Siapa yang selama tinggal di Jogja belum pernah mampir ke Museum Benteng Vredeburg Jogja cung? Serius kamu belum pernah sama sekali? Wah, main atuh! Ini kedua kalinya saya berkunjung ke Museum Benteng Vrederburg.

Kali pertama saya ke sana tahun 2013 pas jadi mahasiswa unyu-unyunya cieeee... Ada kesan berbeda ketika saya datang untuk kali kedua. Pertama, beberapa bangunan di sekitar museum ada yang sedang dipugar.

Kedua, saya menikmati museum semenjak senja hingga petang menjelang, rasanya jauh lebih seru, mistis, mirip uji nyali, haha. Jujur, dulu saya kurang bisa menikmati jelajah museum karena saya dan rombongan datang pada siang hari pas lagi ramai-ramainya.

Rasanya penat, gerah, dan tidak enak. Sedangkan kedatangan saya kali kedua, selain mendapat sambutan yang meriah juga suasananya tampak lebih bersahabat.

Perlu kalian ketahui bahwa Benteng Vredeburg merupakan benteng yang dibangun Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1765 sebagai benteng pertahanan dari serangan luar.

Jika kamu memasuki museum kamu akan mendapati meriam-meriam yang menjadi saksi bisu pergulatan masa itu. Luas Museum tersebut kurang lebih 2100 meter persegi dengan beberapa bangunan peninggalan Belanda, diaroma-diaroma (memvisualkan perjuangan sebelum Proklamasi kemerdekaan Hingga Orde Baru), serta beberapa koleksi berupa foto, lukisan, dan benda bersejarah lainnya.

Ternyata antusiasme peserta untuk mengikuti kegiatan Malam Museum cukup tinggi lho gengs, buktinya ada puluhan pendaftar yang tertolak karena kuota sudah penuh. Beruntung sekali saya bisa ikutan acara ini karena Komunitas Malam Museum menggandeng Kompasianer Jogja, dengan syarat kompasianer wajib membuat review selepas acara. Baique.

Acara dibuka dengan sambutan dari Mas Erwin Junaidi, beliau merupakan pendiri komunitas ini. Selanjutnya diisi sambutan dan wejangan dari Bapak Gunawan selaku pihak yang mewakili Museum benteng Vredeburg. Ada sekitar 100 peserta yang hadir dan rata-rata generasi milenial. Setiap peserta mendapat fasilitas berupa kaos, konsumsi, serta tentunya ilmu (pengetahuan sejarah) yang bermanfaat.

Acara dimulai dengan jelajah yang dipandu oleh seorang guide, pada sesi ini tim dibagi menjadi 2 kelompok. Jujur ngeri-ngeri sedap pas saya diceritakan bagaimana proses alot perjuangan memperebutkan kemerdekaan Indonesia.

Ada pertemuan-pertemuan, dan pertemuan ini divisualisasikan melalui diaroma-diaroma. Bagi yang belum tahu diaroma itu apa, diaroma merupakan minatur 3 dimensi untuk menggambarkan suatu peristiawa atau adegan (sumber : wikipedia). Diaroma pertama yang saya temui yakni bagaimana Pangeran Diponegoro, Kiai mojo, dan Pangeran Mangkubumi menyusun strategi perlawanan terhadap Belanda di Gua Selarong pada Juli 1825.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun