Mohon tunggu...
dwi arini
dwi arini Mohon Tunggu... Lainnya - broadcaster

pantang pulang sebelum tayang

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pemanfaatan Media Konvergensi untuk Dakwah Para Da'i di Masa Covid-19

22 Mei 2020   15:08 Diperbarui: 22 Mei 2020   15:11 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri, hasil screenshot IG terangjakarta

Sejak terdeteksi di Negara China pada awal Desember 2019, angka kasus infeksi virus corona di seluruh dunia kini menyentuh angka 5 juta kasus per bulan Mei 2020. Kasus pertama COVID-19 yang dikonfirmasi di Indonesia sendiri mulai di perbincangkan pada awal Maret 2020.

Sejak itu, setiap harinya hampir semua lini masa mempublikasikan perkembangan kasus COVID-19 baik yang terjadi di Indonesia maupun dunia. COVID-19 bak sinetron stripping yang diputar secara  terus menerus dengan segala drama di dalamnya. Respon terhadap langkah pemerintah dalam penanganan kasus COVID-19 terus ramai diperbincangkan serta melahirkan berbagai macam pro dan kontra.

Dilansir dari situs covid19.go.id Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto mengatakan bahwa peningkatan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 per Kamis (21/5) adalah yang tertinggi selama dua bulan terakhir yakni mencapai 973 orang, sehingga totalnya menjadi 20.162 kasus.  Angka tersebut menunjukkan bahwa persebaran virus corona di Indonesia belum menunjukan tanda mereda dan kurva peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia masih terus menanjak.

Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diberlakukan di Indonesia pada tahun 2020 sebagai tanggapan terhadap penyakit koronavirus 2019 (COVID-19) yang telah menjadi pandemi, termasuk di Indonesia. Pembatasan tersebut dilaksanakan oleh pemerintah daerah dengan persetujuan Kementerian Kesehatan, dan paling sedikit meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum. Berbagai perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial ini kemudian melahirkan perubahan-perubahan lainnya tidak terkecuali perubahan dalam kegiatan dakwah keagamaan.

Kehadiran teknologi merupakan sebuah perubahan sosial yang tidak terencana (unplanned social changes) dan merupakan bagian dalam dimensi-dimensi perubahan jika dilihat dari kacamata ilmu sosial. Ketergantungan akan akses terhadap media telah membawa banyak perubahan di hampir setiap lini kehidupan manusia, tidak terkecuali dalam kehidupan beragama. Media sosial yang awalnya lahir untuk social connecting, kini telah bertransformasi menjadi sebuah alat baru dalam menimba ilmu agama. Maraknya situs-situs keagamaan bahkan sebelum munculnya kasus COVID-19 menegaskan adanya pergeseran medium dakwah yang digunakan oleh masyarakat.

Begitu banyak kita jumpai kajian-kajian islam yang disampaikan melalui media sosial seperti channel youtube, IGTV, Instagram, Blog, whatsapp, facebook, twitter, telegram, hingga streaming online beberapa tahun belakangan. Potensi positif penyebaran dakwah secara massif yang menembus batas antara ruang dan waktu semakin dimanfaatkan oleh berbagai komunikan dalam misinya berdakwah yang telah diyakini sebagai kewajiban sebagai umat muslim.

Seruan untuk berdakwah dalam Al-Quran banyak digaungkan dan ditujukan bagi tiap umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasasallam. Bahkan dalam ayatnya (Q.S. Ali-Imran [3]: 110)  Allah Subhanallahu Wat’ala menyematkan gelar khoiru ummah (sebaik-baik umat).

Perkembangan dakwah dengan memanfatkan konvergensi media khususnya  media sosial sendiri dapat dipandang sebagai proses kemajuan syiar dakwah. Bagaimana tidak, media sosial yang memiliki karakteristik yang memungkinkan setiap penggunanya tidak saja mengkonsumsi informasi, tetapi juga memproduksi informasi sekaligus mendistribusikan informasi tersebut.

Karakteristik tersebut tentu saja mengubah pola interaksi antar individu begitu pula dengan aktivitas dakwah. Mengutip Anwar Arifin, dalam buku yang berjudul Dakwah Kontemporer, bahwa dakwah dapat menjadi salah satu bentuk komunikasi manusia, dan sebaliknya dakwah dapat menjadi sumber etika dan moral bagi komunikasi, baik sebagai ilmu pengetahuan, maupun sebagai aktivitas sosial.

Selama pandemi COVID-19 berbagai komunitas keagamaan seakan tidak mengendurkan kegiatan dakwah mereka. Dakwah syiar keagamaan yang sebelumnya secara rutin diadakan dan dihadiri oleh banyak jamaah di majelis-majelis taklim, kini beralih ke kanal virtual. Aplikasi Instagram Live dan Aplikasi Zoom menjadi dua aplikasi yang paling sering digunakan. 

Aplikasi Zoom menjadi aplikasi yang cukup tenar selama pandemi COVID-19 melanda. Aturan work form home yang diberlakukan sejumlah perusahaan besar, kegiatan belajar mengajar yang dialihkan secara daring merupakan beberapa alasan mengapa aplikasi ini kemudian menjadi media alternatif yang paling banyak digunakan selama era COVID-19 berlangsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun