Mohon tunggu...
Arini Saadah
Arini Saadah Mohon Tunggu... Penulis - Suka nulis, tapi tidak tahu apa yang hendak ditulis.

Pernah menjadi mahasiswa di salah satu Perguruan Tinggi di Ponorogo.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Jangan Salahkan Sukmawati

20 November 2019   10:33 Diperbarui: 20 November 2019   17:49 7323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usai ramai persoalan puisi berjudul "Kidung Ibu Pertiwi" yang menuai kontroversi pada tahun 2018 silam, kali ini Sukmawati Soekarnoputri kembali tersandung kasus hukum dugaan penistaan agama.

Putri presiden pertama Republik Indonesia ini dilaporkan polisi. Pasalnya, pidato berdurasi kurang lebih 30 menit pada acara peringatan hari Pahlawan 10 November kemarin menuai kecaman beberapa kelompok masyarakat.

Pidato putri sang proklamator itu dianggap oleh sebagian orang sebagai penista agama. Pernyataan dalam pidatonya dianggap membandingkan Bung Karno dengan Nabi Muhammad Saw., nabi yang dimuliakan umat Muslim.

Pidato tersebut disampaikan Sukmawati ketika menjadi pembicara dalam acara Focus Group Discussion pada 11 November 2019 lalu oleh Humas Polri sebagai penyelenggara.

Acara peringatan Hari Pahlawan ini bertema "Bangkitkan Nasionalisme, Menangkal Radikalisme, dan Berantas Terorisme". Ini temanya, diingat-ingat ya!

Publik terlalu gegabah menanggapi video tersebut bahkan akhirnya Sukmawati dilaporkan oleh masyarakat bernama Irvan Noviandana terkait ucapannya yang membandingkan Nabi Muhammad Saw. dengan presiden pertama RI Sukarno.

Selain itu, Sukmawati juga dilaporkan oleh Koordinator Bela Islam (Korlabi) atas persoalan yang sama ke Polda Metro Jaya.

Selanjutnya, Forum Pemuda Muslim Bima sebelumnya juga sudah melaporkan Sukmawati ke Bareskrim. Laporan tersebut dibuat oleh Imron Abidin selaku Ketua FPMB.

Laporan Imron ini dicatatkan dalam Tanda Penerimaan Surat Pengaduan Masyarakat pada tanggal 16 November 2019 di Bareskrim Polri.

Pidato Sukmawati Sampaikan Ideologi Nasionalisme

Baiklah, sebagai gambaran, akan saya sampaikan isi pidato Sukmawati tersebut. Pertama, Sukmawati dalam kesempatan itu menyampaikan sejarah bangsa Indonesia menuju kemerdekaan dengan keterlibatan sang proklamator seperti Bung Karno dan Bung Hatta. Ia menanamkan jiwa nasionalisme kepada para pemuda.

Dalam pidato tersebut, ia menyampaikan nasionalisme mulai berkembang di tanah air pada abad ke-20. Sukmawati mengutip pesan Bung Karno kepada rakyat Indonesia dalam pidato penutup ketika hari lahirnya Pancasila, "Kemerdekaan hanyalah didapat dan dimilkiki bangsa yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad merdeka, merdeka atau mati."

Dan pesan itu betul-betul masuk dalam hati sanubari rakyat. Maka ketika sekutu menyerang dalam agresi militer Belanda, rakyat Indonesia bergerak dengan jiwa merdeka atau mati. Terjadi pada bulan November, dan pertempuran berjalan beberapa bulan kemudian.

Menurutnya awal dari nasionalisme, Bung Karno pada tahun 1927, yaitu tahun menjelang sumpah pemuda menyampaikan cita-cita bangsa Indonesia adalah pertama Indonesia merdeka dan yang kedua tidak bekerjasama dengan pemerintah belanda.

Tentu saja, perjalanan memproklamirkan kemerdekaan tidaklah mudah, karena kolonialisme dan imperialisme Belanda masih berusaha menguasai Indonesia.

Di penjara Banceuy, Bung Karno mulai menggelorakan ideologi nasionalisme. Padahal pada saat itu dilarang keras oleh pemerintahan Belanda bahwa tidak boleh satu orang pun mengatakan Indonesia merdeka.

Dan benar adanya, usai sumpah pemuda Bung Karno ditangkap dan dipenjara di Banceuy.

Kemudian dalam pidato tersebut Sukmawati melontarkan pertanyaan, "Ketika Bung Karno menggelorakan Indonesia merdeka, dimanakah keberadaan Kartosuwiryo?"

Ia memberitahu Kartosuwiryo adalah teman Bung Karno ketika di Surabaya. Namun kemudian ia menjadi pemimpin Darul Islam yang bercita-cita mendirikan negara islam di Indonesia. Pertanyaan ini yang juga membuat suatu kelompok kebakaran jenggot.

Sukmawati kecewa karena ketika Bung Karno dipenjara, Kartosuwiryo tidak berbuat banyak. Dan tiba-tiba di tahun 1949, Kartosuwiryo mulai memproklamirkan negara islam.

Tentu saja menuai perdebatan keras ketika itu, karena Bung karno dan beberapa tokoh lain tidak menyetujui mengingat ada banyak agama di Indonesia. Sukmawati juga menyatakan, Negara Indonesia adalah nasional state bukan Islamic state.

Sukmawati pun juga menceritakan pertempuran di Surabaya, dimana Bung Tomo dan masyarakat Indonesia lainnya bertempur melawan Belanda dengan menggunakan senjata sisa penjajahan Jepang dan senjata seadanya, naik ke atas hotel Yamato di Surabaya dan berhasil merobek bendera Belanda merah-putih-biru, dan merobek birunya tinggallah merah dan putih.

Lantas dia melontarkan pertanyaan, "Dimanakah bendera hitam bertuliskan arab ketika itu, kog ujug-ujug berkibar-kibar sekarang. Dulu ketika berdarah-darah kog tidak ada."

Dan pertanyaan ini jugalah yang membuat beberapa kelompok merasa tersindir dan tersulut emosi.

Tentu saja Sukmawati melontarkan pertanyaan itu dengan nada jengkel melihat kenyataan sekarang banyak kelompok yang menggemakan negara islam seakan melupakan sejarah perjuangan para pahlawan terdahulu.

Baginya, semangat nasionalisme terus berjalan mengisi pembangunan Indonesia untuk setara dengan bangsa lain di Asia dan Afrika untuk lebih maju.

Dulu, Indonesia masuk dalam kategori negara under development. Kemudian naik kelas menjadi negara developing countries. Artinya Indonesia harus mengejar ketertinggalannya dari bangsa bangsa lain di dunia.

Sukmawati Saksi Terosrisme Indonesia

Sukmawati mengaku menjadi saksi terorisme di Indonesia. Ia menceritakan ketika itu Bung Karno diundang dalam acara pembukaan bazar di salah satu sekolah. Panitia sudah siap menyambut Presiden. Akan tetapi ketika Bung Karno hendak turun dari mobil, tiba-tiba ada granat meletus.

Sontak dalam orasi yang videonya viral tersebar itu, Sukmawati menunjuk pelakunya adalah orang Muslim yang sempit pikirannya. Isu orang Muslim yang seperti itu memang sedang marak di tahun-tahun terakhir ini. Dulu ngebomnya pakek granat, kalau sekarang modus operandinya pakai bom yang dirakit sendiri oleh pelaku teror. Ngeri!

Kemudian ia juga jengkel dengan informasi yang mengatakan dalam perekrutan calon radikalis dan teroris itu, para calon dibom pertanyaan yang mengancam nasionalisme, yaitu "Mana yang lebih bagus antara Pancasila dan Al-Qur'an?"

Karena prihatin dengan pertanyaan tersebut, Sukmawati balik melontarkan pertanyaan yang minta dijawab oleh peserta dalam acara peringatan hari pahlawan itu. Pertanyaannya, "Yang berjuang di abad 20, yang berjuang untuk kemerdekaan itu Yang Mulia nabi Muhammad atau Ir Soekarno?"

Tentu saja pertanyaan inilah yang menuai kegaduhan di kalangan masyarakat. akan tetapi Sukmawati mengklarifikasi, banyak sekali tangan jahil dan otak jahil yang sengaja membuat kegaduhan dengan memotong dan mengedit video yang tersebar di channel youtube itu.

Sehingga pidato Sukmawati menjadi tidak utuh. Latar belakang konteks pertanyaan dihapus oleh pembuat gaduh. Sehingga Sukmawati yang dirugikan akibat ulah orang yang tidak bertanggungjawab itu.

Boleh Gak Sih Sukmawati Perbaiki Jiwa Nasionalisme Masyarakat?

Sebenarnya maksud dari pertanyaan itu adalah penanaman kembali jiwa nasionalis, supaya lebih menghargai para pejuang yang telah mendahului kita. Bahwa, banyak tokoh yang harus kita muliakan dan hargai jasa-jasanya untuk kesejahteraan umat manusia di muka bumi ini.

Maka, Sukmawati mengajak masyarakat untuk menghargai dan menghormati orang-orang mulia di abad modern, karena sumbangsih para ilmuwan demi kesejahteraan manusia.

Sukmawati juga kecewa dengan kelompok-kelompok yang mengajarkan kepada masyarakat untuk tidak menghormati dan menghargai jasa-jasa para pahlawan dan ilmuwan demi kehidupan manusia di zaman ini. Mereka lupa ya, sekarang bisa menikmati teknologi yang terlampau mewah ini berkat para ilmuwan demi kesejahteraan umat manusia.

Tidak sengaja saya melihat komentar-komentar di youtube dan juga isntagram atas potongan-potongan video dengan embel-embel tulisan propaganda. Banyak serangan ditujukan kepada ibu Sukmawati dari beragam kelompok. Saya tidak begitu mempedulikan agama apa yang dianut oleh netizen tersebut, akan tetapi pernyataan yang dilotarkan para netizen menunjukkan tidak islami banget (meskipun menggunakan bahasa islam).

Menurut saya, Sukma sebenarnya melontarkan pertanyaan yang sudah sesuai dengan konteks. Ia menanyakan siapa yang berjuang di awal abad 20, bukan siapa yang berjasa. Tanpa menggunakan logika apapun, pikiran kita akan flashback ke sejarah Indonesia abad ke 20. Bagi saya, Sukma tidak berniat menistakan agama islam.

Lewat pertanyaan itu, Sukma juga hendak mengingatkan sosok yang berjuang untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Dari pernyataan dia tak satupun kata-kata negatif tentang Nabi Muhammad SAW terlontar dari mulutnya.

Kemudian tentang laporan dari Forum Pemuda Muslim Bima, Sukma menjelaskan pidatonya terkait Nabi Muhammad SAW dan Presiden RI ke-1 Sukarno yang terkesan membandingkan itu sebenarnya kan bermula dari niat Sukma untuk mengkritik proses rekrutmen calon radikalis atau teroris.

Berdasarkan informasi yang Sukma dengar (bahkan saya pun juga pernah mendengar) perekrut membandingkan Pancasila dengan Alquran. Akan tetapi si pembuat gaduh sengaja menghapus dan mengedit latar belakang konteks yang dibicarakan Sukma. Sehingga terkesan hanya pertanyaan kontroversial itulah yang dilontarkan, tanpa melihat latar belakang pertanyaan.

Semakin ke sini, Indonesia semakin banyak disibukkan dengan isu penistaan agama. Pengertian menista agama pun makin lama makin kabur. Kalau menurut saya perbuatan menista agama itu apabila ada seseorang yang secara jelas mengeluarkan kata-kata hinaan terhadap Nabi ataupun agama tertentu.

Logikanya begini, apabila orang beragama lain merasa tokoh yang dipuja dan dimuliakannya itu lebih baik dari nabinya umat Muslim, apakah penganut agama lain itu dianggap menista agama kita? Kan tidak toh. Mungkin ini merupakan akibat dari netizen yang terlalu sensitif dan mudah tersinggung.

Selain itu, saya kira lumrah saja Sukmawati membandingkan sang ayah dengan Nabi Muhammad SAW. Karena dalam konteks ini ia berbicara konteks sejarah kemerdekaan Indonesia. Jelas Nabi Muhammad hidupnya tidak di Indonesia, dan tidak satu masa pula dengan Soekarno.

Pada saat itu pun beliau Nabi Saw. sudah menghadap Yang Kuasa. Opini saya mengatakan, Sukmawati pun mengetahui Nabi Muhammad SAW juga dari ayahnya. Jadi wajar donk kalau bu Sukma mengatakan itu.

Pertanyaan seperti itu untuk menggugah jiwa nasionalisme para pemuda dan masyarakat Indonesia sah-sah saja. Apalagi Indonesia saat ini sedang diserang oleh ideologi kelompok ekstremis yang berencana merusak nasionalisme. Kalau mereka (kaum radikalis dan ekstrimis) saja bisa terang-terangan merusak bangsa Indonesia, mengapa bu Sukma yang berusaha memperbaiki pemahaman nasionalisme malah balik diserang?

Pidato Sukmawati tersebut saya kira tidak bertujuan menista agama manapun. Justru pesannyalah berubah menjadi pesan lain yang dibuat-buat oleh si jahil.

Miris juga sebenarnya membaca komentar netizen yang menggunakan kalimat Islam itu justru melontarkan komentar yang tidak menggambarkan jiwa islam yang damai dan sejuk. Bahkan menggunakan kalimat-kalimat yang membuat hati menjadi tambah sakit, lebih sakit daripada diselingkuhin pacar.

Hehehe, jangan dilaporkan polisi ya, atutttt!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun