Mohon tunggu...
Arini Angger Praftika
Arini Angger Praftika Mohon Tunggu... Mahasiswa - ✨✨

Voie Triomphale

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kenali Emosi Agar Jadi Kekuatan

19 Juni 2021   22:15 Diperbarui: 19 Juni 2021   22:54 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi: Simone Noronha)



Menampilkan keadaan seolah terlihat sedang baik- baik saja dibalik segala masalah yang dirasakan ini terjadi pada semua orang. Karena memang secara alamiahnya, manusia ingin selalu terlihat positif dimata orang lain. Dengan hal ini, orang lain tidak akan mengetahui kesedihan apa yang sedang menimpanya. Bila salah satu diantara kita mengalami hal serupa, berarti saat ini kamu sedang terjebak dalam FONO.

FONO ini ada dimana-mana, serta sebagai perwujudan optimisme yang berlebihan, dan juga ketakutan dalam diri seseorang untuk terlihat buruk dimata orang lain. FONO sendiri juga dikenal sebagai "dismissive positivity". Untuk singkatan FONO ini sendiri, yaitu fear of negativity outlook. FONO ini terjadi ketika seseorang dapat terlihat baik- baik saja, namun ternyata sedang menyembunyikan perasaan ataupun emosi negatif yang tidak mau diperlihatkannya.

Dilansir dari Forbes, FONO bermanifestasi sebagai rasa optimis yang berlebihan dan menguasai seseorang, tidak memperdulikan seberapa buruk hal- hal mungkin yang akan terlihat. Jika pada 2019 adalah tahun FOMO (fear of missing out) atau takut ketinggalan sesuatu hal. Maka pada tahun 2021 ini adalah tahun FONO. Secara sederhananya, setelah tahun 2020 dilanda Covid-19 dan berdampak semua pada hal ekonomi, sosial, bahkan politik. Bahkan kita seperti merindukan berita baik yang bisa dipercaya bahwa segala sesuatunya bisa lebih baik dari yang dilihat saja.

Berkaitan dengan emosi merupakan hal yang tidak bisa dihindari, bahkan juga melekat dan memiliki tekanan tersendiri pada seseorang. Dilansir dari CNN Indonesia, perasaan emosi sering dialami oleh banyak orang. Emosi ini muncul karena banyaknya tekanan dari berbagai hal, seperti pekerjaan, rasa takut kehilangan, marah, dan lain sebagainya. Bukan hal yang mudah untuk mengatasi emosi yang dirasakan, apalagi berusaha untuk tidak menunjukkan emosi tersebut di depan banyak orang. Emosi ini hal wajar, maka ketika kita mencoba menggagalkan emosi yang berlebihan, otak akan memberi tekanan pada pikiran dan tubuh yang menimbulkan tekanan pada psikologis.

Imbas dari tekanan pada psikologis ini bisa menuju pada penyakit- penyakit yang bisa saja dialami oleh seseorang, seperti penyakit jantung, sakit kepala, gangguan autoimun, dan insomnia. Biasanya FONO ini membuat penderitanya merasa sedih, stress, marah, lemah, dan bahkan gagal terhadap dirinya. FONO ini muncul dari pemikiran negatif yang dibangun oleh seseorang akan hal- hal yang belum tentu terjadi, karena takut dinilai lemah, tidak dewasa, bahkan tidak kompeten dalam hal yang dijalani, hingga takut tidak berwibawa dalam menjalani kehidupannya.

Sikap overthinking ini yang membuat seseorang mengalami FONO, karena terlalu memperdulikan perkataan orang lain yang suka sekali kritik tanpa memperdulikan seseorang. Terkadang terjebak dalam image positif ini seperti memperlihatkan kalau diri kita belum siap untuk memperlihatkan kalau setiap orang ini juga memiliki emosi negatif yang tidak bisa dipungkiri lagi. Dan juga pemikiran dan ajaran serta kita selalu diperlihatkan untuk tampil sempurna dikhalayak ramai, hingga kita lupa akan apa yang kita rasakan dan membuat gejolak dalam diri.

Kita bisa memulai untuk mengurangi rasa FONO ini dengan cara mulai mengenal diri sendiri terlebih dahulu akan lebih baik karena akan tahu apa yang seharusnya dan baiknya untuk diri kita serta kesehatan mental juga, tidak menyangkal emosi negatif yang hadir dalam diri, serta bisa menampung emosi itu dalam bentuk journaling agar beban berat dari hal ini bisa tersalurkan dengan baik, serta tetap berpikir positif untuk tahu bahwa setiap orang memiliki emosi dan ini adalah yang normal dan wajar adanya. Banyak hal yang perlu dijelajahi lagi agar bisa menyalurkan emosi dengan baik.

Lebih lanjut, bila merasa beberapa hal tadi kurang adanya. Kita bisa meluapkan emosi dengan memilih untuk cerita pada orang terdekat agar diri bisa lebih terasa lega dan tidak terus ditutupi emosi. Bila masih dirasa kurang, bisa dilanjutkan dengan menghubungi pihak profesional yang mampu membantu untuk mengatasi masalah ini.

Jadi, tidak perlu lagi untuk takut menutupi emosi negatif yang ada dalam diri, karena ini ialah hal yang wajar adanya. Ekspresikan segalanya dengan baik, dari emosi negatif maupun positif. Karena normal untuk kita menunjukkan hal ini, dan tetap kita bisa jadi manusia yang hebat, berguna, dan bisa jadi diri sendiri tanpa tekanan apapun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun