Mohon tunggu...
Katak kecil
Katak kecil Mohon Tunggu... Mahasiswa - di emper pondok ar-Rohman

Keringkan rumput selagi mentari bersinar.(***)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Urip Iku Urup, Mengalam dan Berdamai dalam Jejak Pengabdian

18 September 2022   14:04 Diperbarui: 18 September 2022   14:06 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi KPM Kelompok 17 desa Duri, Slahung, Ponorogo, tahun 2022

            Sebagaimana kegiatan KPM yang kami laksanakan tersebut adalah masuk ke dalam SKS yang harus ditempuh dalam semester tujuh perkuliahan. Maka KPM yang dilaksanakan tidak hanya menyerahkan bukti keikutsertaan dalam rangkaian kegiatan, namun juga diharuskan menuliskan esai secara individu dan executive summary (jurnal) setiap kelompok. Executive Summary ini berupa jurnal yang akan lebih baik jika bisa terpublish di jurnal-jurnal pengabdian bersinta. Dari situlah, KPM tidak hanya secara lahir kami melaksanakan tugas pengabdian, namun kami juga harus melakukan pelaporan yang tentunya secara tidak langsung melatih keterampilan dalam menulis.

            Penulis esai ini adalah salah satu yang tergabung di kelompok 17 multidisiplin dan mendapat posko di desa Duri, Slahung, Ponorogo. Peristiwa pertama saat melihat realita di lokasi, memberikan kesan akan tantangan dan keseriusan untuk beradaptasi, menelaah lingkungan, dan potensi yang ada di desa Duri, Slahung, Ponorogo. Peristiwa tersebut adalah minggu pertama di mana kami memulai kegiatan Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM). Kegiatan di minggu pertama KPM yakni inkulturasi. Inkulturasi pada intinya ajang mengenal dan silaturahmi kepada masyarakat. Pengenalan atau inkulturasi dilakukan melalui kegiatan sholat jamaah, yasinan, sowan ke rumah Pak RT, Pak Kamituwo, Pak Modin, ramah taman dengan tetangga terdekat, ngobrol dengan para pemuda, dan lain sebagainya.

Pada minggu-minggu selanjutnya kami melaksanakan pengamatan dan wawancara terhadap potensi yang ada di desa secara menyeluruh, dari satu dusun ke dusun lainnya. Pengamatan tersebut dilakukan dengan meninjau secara keseluruhan keberadaan potensi-potensi yang ada di desa Duri dan perkembangannya baik di bidang pendidikan, ekonomi, sosial, keagamaan, kesehatan, lingkungan, dan lain-lain. Di samping itu, kami juga melangsungkan perencaaan terhadap potensi yang menurut kami dapat dibantu dan diinisiasi untuk dikembangkan pelaksanaannya. Penyusunan hal tersebut dilanjutkan dengan menentukan Penanggung Jawab (PJ) ataupun petugas pelaksana proker yang sudah ditentukan bersama. Di minggu keempat dan kelima adalah melaksanakan program kerja secara terstruktur dan kami menawarkan fasilitas kepada masyarakat, terutama untuk program kerja utama dalam Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) tahun ini. Sementara di hari-hari menuju penutupan KPM, adalah melaksanakan penutupan kegiatan, evaluasi, dan perencanaan tidak lanjut program kerja yang sudah direalisasikan di desa Duri, Slahung, Ponorogo, serta penyelesaian laporan kegiatan baik berkelompok maupun individual.

Langkah-langkah menemukan dan mengenali potensi-potensi di desa Duri digunakan metode analisis Asset Based Community Development atau ABCD, yakni pendekatan yang berfokus pada pemberdayaaan asset atau potensi dalam masyarakat yang dapat diberdayakan. Metode ABCD tersebut didukung teori sosial Parsons (dalam sebuah tulisan berjudul Teori Sosiologi Modern Talcott Parsons, FISIP, UNS) dengan empat skema sebagaimana dapat disingkat dengan AGIL yakni 1) Adaptation (Adaptasi); 2) Goal Attainment (Penentuan tujuan); 3) Integration (Integrasi); dan 4) Latency (Pemeliharaan).

            Langkah-langkah dalam menemukan dan mengenali potensi di desa Duri, kami juga mengutip dari buku panduan KPM tahun 2022, diantaranya, 1) Apresiatif (Menghargai); 2) Komunitas (Meluaskan akses pengetahauan lokal dan informasi lainnya; 3) Wilayah (penelusuran aset fisik dan alam); 4) Asosiasi dan Institusi (Terbangunnya lembaga-lembaga sosial); 5) Individu (Pengenalan diri melalui wawancara, kuisioner, FGD, dan lain sebagainya); 6) Keuangan (Modal dan kas untuk memvasilitasi pengembangan aset); 7) Prioritas (Menentukan potensi utama yang mampu direalisasikan secara maksimal).

            Melalui pemetaan dan penyimpulan potensi desa Duri, Slahung, Ponorogo dengan berbagai langkah-langkah tersebut ditemukan berbagai aspek yang dapat dikembangkan antara lain di bidang ekonomi terhadap UMKM, bidang keagamaan berupa kegiatan takbiran, shalat Idul Adha, peringatan Muharram, yasinan rutin, khataman Al-Qur'an, dan Dzikrul Ghafilin; bidang pendidikan terhadap TPA, membantu di SDN 1 Duri, pendirian Pondok Belajar; bidang sosial terhadap kegiatan desa dan masyarakat yang melibatkan para pemuda misalnya kerja bakti dan jum'at bersih; serta bidang kesehatan misalnya posyandu lansia maupun balita, sowan ke PusTu desa, dan banyak lagi. Di samping potensi-potensi tersebut jika melihat kondisi geografis yakni lingkungan desa Duri berada di bawah gunung, menampakkan pemandangan yang indah, keasrian lingkungan dengan tanaman-tanaman yang tumbuh subur sehingga wajar jika mata pencaharian yang luas ditemukan di desa Duri adalah di bidang pertanian, perkebunan, dan peternakan.

Melihat realita-realita tersebut, tentu menjadi sarana untuk bersikap dan bertindak sesuai kemampuan dan ketrampilan dimiliki dalam merealisasikan proker-proker yang direncanakan selama KPM berlangsung. Sikap, karakter, dan tindakan yang harus dibangun seperti halnya religius, kerja sama, tanggungjawab, saling menghargai, tolong menolong, empati, dan lain sebagainya. Membangun sikap-sikap tersebut dalam pelaksanaan KPM tentu menciptakan proses interaksi dan pelaksanaan perkembangan potensi di masyarakat menjadi dinamis dan terkendali.

Urip iku Urup dalam Berbagai Perspektif dan Implementasinya melalui Pengabdian 

            Mengutip tulisan Ahmad Faizal Basri berjudul "Memahami Falsafah Jawa Urip Iku Urup melalui Tafsir Surah al-Isra' ayat 7", Raden Mas Said atau nama lainnya Sunan Kalijaga, memaparkan penjelasan Urip Iku Urup. Urip dimaknai dengan hidup, sementara urup dimaknai dengan hidup yang sejati adalah untuk menerangi; memberi manfaat kepada lingkungan sekitar.

Falsafah tersebut dipahami melalui pesan impresif Q.S al-Isra' ayat 7. Ayat tersebut dipahami bahwa pada dasarnya jika seseorang berbuat baik, secara otomatis dia telah berbuat baik bagi dirinya sendiri dan orang lain. Melanjutkan keterangan al-Maraghi, balasan dari perbuatan baik tidak sebatas mendapatkan pahala, tetapi juga perasaan aman, tentram, rezeki, dan kekuatan yang tidak disangka. Secara ringkas, Urip Iku Urup disimpulkan sebagai hidup yang sangat dianjurkan untuk memberi kebermanfaatan pada sekitar. Kebermanfaatan tersebut akan dibalas oleh-Nya baik di dunia maupun di akhirat. Begitupun sebaliknya, jika tidak dapat memberi kebaikan kepada orang lain maka balasan yang dirasakan atau didapatpun akan setimpal.

"Hidup yang berharga adalah hidup yang menghidupkan orang lain", slogan Albert Eistein tersebut selaras dengan sebuah hadits Nabi Saw. yang artinya "Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling banyak bermanfaat bagi yang lain." Ya, itulah maksud urip iku urup. Hidup harus menyala; semangat menerangi; menjadi bermanfaat. Tindakan dan perilaku positif misalnya kesungguhan dan ketulusan apapun yang mampu kita lakukan dalam hidup, sudah menciptakan kita yang berarti dan berkonstribusi dalam hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun