Mohon tunggu...
Ari Muslim Nur P
Ari Muslim Nur P Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

Shift

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kartini Namanya

23 November 2022   10:49 Diperbarui: 23 November 2022   11:05 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tidak ada satupun kejayaan dan kesuksesan di dunia ini tanpa melibatkan peran perempuan didalamnya. Bangsa yang besar sekalipun akan tertinggal ketika perempuan tidak mencerdaskan diri, sebab perempuan adalah pembawa peradaban.

Berbicara tentang perempuan terdapat tokoh dalam sejarah Indonesia yang tak lekang oleh zaman hingga masa kini, namanya adalah Kartini. Orang sering mengenalnya Raden Ajeng Kartini[1]. Kartini lahir di Jepara pada 21 April 1879. Kartini adalah perempuan yang memiliki idealisme tinggi, berani melawan arus kehidupan dan berani menentang adat istiadat demi kemajuan kaum pribumi. Kartini dikenal sebagai pejuang emansipasi perempuan dan pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Kartini memberikan teladan kepada kaum muda agar lebih peka terhadap sesamanya, lingkungannya dan Bangsanya. 

 

Kartini lahir dari silsilah keluarga bangsawan. Ayahnya (Raden Mas Sosroningrat)[2] adalah keturunan langsung dari Prabu Brawijaya Raja Majapahit. Ibunya (Mas Ajeng Ngardinah) adalah anak dari ulama terkenal di Jepara. Istri kedua Ayahnya (Raden Ajeng Woerjan)[3] adalah putri Bupati Jepara. Poligami yang dilakukan Ayahnya (Raden Mas Sosroningrat) menjadi pengalaman batin tersendiri untuk Kartini yang membekas sangat dalam, karena pada dasarnya perempuan tidak menginginkan perhatian dan kasih sayang suaminya terbagi apalagi harus tinggal dalam satu atap.

 

Walaupun lahir dari keluarga bangsawan tidak membuat Kartini hidup bermewah-mewahan ataupun menikmati statusnya sebagai bangsawan Jawa. Kartini selalu memperhatihan nasib kaum pribumi, khususnya kaum perempuan. Keprihatinan Kartini kepada kaum perempuan dituliskannya dalam kumpulan surat-suratnya yang dilakukan ketika mengalami masa pingitan. (Kumpulan surat-surat Kartini dibuat dalam sebuah buku Door Duisternis tot Licht atau Habis Gelap Terbitlah Terang).

 

Surat-surat Kartini berisi pemikirannya tentang berbagai masalah yang terjadi di masa tersebut. Permasalahan tradisi atau adat masyarakat Jawa seperti, nasib perempuan Jawa hanyalah menurut saja, cuma satu tujuan hidupnya yaitu menikah dengan orang yang tidak dikenalnya (pernikahan paksa). Adat istiadat yang tidak memperbolehkan perempuan mendapatkan pendidikan, tidak boleh bekerja di luar rumah, tidak menduduki kedudukan dalam masyarakat (kesetaraan gender). Perempuan harus bersedia dikawinkan dengan pilihan orang tuanya, entah untuk dijadikan isteri nomor sekian (poligami).

 

Surat-surat Kartini berisi juga tentang masa-masa sulit yang dialaminya, "terkadang kesulitan harus kamu rasakan terlebih dahulu sebelum kebahagiaan datang kepadamu." tahukah engkau semboyanku? Aku mau! Dua pepatah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung dan kesusahan.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun