Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Kesabaran yang Tak Terhenti Sebatas Berbuka

1 April 2023   17:10 Diperbarui: 1 April 2023   17:12 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kereta menjelang berbuka (Dokpri)

Stasiun Manggarai. Perjalanan waktu tak terhenti meski sebatas senja membisik setiap umat manusia. Sungguhpun sebuah usaha terus melaju, hari-hari itu terus dipenuhi usaha yang tak selesai dalam singkapan tenaga. Terus bekerja sambil menanti berbuka. 

Pukul 17.00 WIB, pemandangan tak biasa tampak di Stasiun Manggarai. Biasanya, sebelum puasa, waktu pekerja pulang, stasiun itu begitu padat. Penumpang mulai berdesak-desakan, dorongan-dorongan adu kekuatan menjadi pemandangan yang biasa. Namun, hari ini setiap kereta yang datang tidak tampak kepadatan penumpang. Perjalanan kereta tidak begitu dipenuhi penumpang. Beberapa kereta Bekasi terkesan kosong, beberapa kereta Bogor memang tampak lebih padat. Kereta membawa penumpang dalam kepadatan yang tak biasa. 

Namun, pemandangan berbeda ketika kita melintas di lantai dua Stasiun Manggarai. Di Stasiun Manggarai tampak begitu banyak penumpang. Ternyata rombongan kereka (roker), sebagian terhenti dan tidak melanjutkan perjalanan. Mereka asyik  memenuhi stasiun kereta.  Hari ini, sebagian sudut stasiun di lantai dua mulai dipenuhi penumpang. Sekadar duduk, membaca melalui smartphone, bercerita dengan sehabat, sekadar menunggu saat berbuka segera tiba. 

Stasiun dan Kereta

Jika hari-hari sebelum puasa, penumpang selalu berlarian mengejar kereta. Stasiun itu selalu penuh sesak di jam-jam pulang kerja. Pemandangan itu seolah perlahan menepi. Penumpang pulang tidak tampak tergesa-gesa, penumpang pulang dalam sebuah kesabaran. Tidak perlu berkejaran, tidak perlu berebutan. Menunggu sebentar di Stasiun Mengarai untuk berbuka.  

Kereta-kereta terus terdengar melaju, suara-suara panggilan dan pengumuman silih berganti. Arah Bekasi mulai datang, arah Bogor mulai berangkat. Di lantai satu, ratusan manusia mulai bergerak ke lantai tiga.  Dari lantai tiga, ratusan manusia mulai menuruni tangga. Sebagian penumpang dewasa menuruni lewat lift atau eskalator. Sebagian mencoba berlari perlahan mengejar datangnya kereta. Penumpang-penumpang memang tidak begitu penuh seperti hari-hari biasa.   

Kerela rel listrik atau commuterline Jabodetabek memang menjadi moda transportasi andalan pekerja di seputar Jakarta. Ketepatan dan kecepatan perjalanan menjadi jaminan sampai kantor tidak terlambat, sampai rumah pun tanpa hambatan. Kemacetan tak begitu di kenal dalam kamus para roker. 

Apalagi biaya yang sangat terjangkau, seribu atau lima ribu rupiah dalam satu perjalanan tidak begitu menguras kantong dan masih sempat untuk menyisakan bulanan. Siapapun sanggup membayar untuk sampai tujuan. Jadwal pun tinggal penumpang yang menyesuaikan, setiap sepuluh menit kereta Bogor meluncur, setiap dua puluh menit kereta Bekasi pun melaju. Kapanpun kita bisa sampai tujuan sesuai waktu dan biaya. Kereta menjadi bagian hidup yang sulit terpisahkan. 

Stasiun-stasiun pun mulai dibangun, diperbaiki, demi kenyamanan sekian juta pelanggan. Kebersihan mulai diperhatikan, fasilitas mulai diistimewakan, dimanapaun kita bisa menikmati istirahat di saat badan harus istirahat dari segala aktivitas. Stasiun-stasiun itu menjadi tempat nyaman untuk menghapus kelelahan, meski sejenak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun