Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka: Membangkitkan Sikap Kritis Melalui Menulis

23 Maret 2023   06:33 Diperbarui: 23 Maret 2023   07:42 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil karya siswa sebagai artikel utama di Kompasiana (Dokpri)


Refleksi Siswa

Keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dapat diukur dengan tulisan yang dihasilkan siswa. Apakah artikel yang dihasilkan siswa mengikuti kaidah dan aturan yang telah disampaikan dalam perencanaan penulisan artikel, apakah tulisan siswa menggambarkan tema yang diminati dan apakah hasil tulisan memenuhi kaidah kebahasaan yang baik dan benar. Banyak tulisan siswa ternyata mendapat tanggapan dari pembaca secara langsung.

Pengalaman nyata menulis ternyata telah memberikan pengalaman baru setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Apalagi hasil karya tersebut  dapat dinikmati dan dinilai secara  langsung oleh pembaca. Berbagai perasaan pun muncul dalam diri siswa.

Banyak siswa yang merasa bahwa  tulisannya selalu mendorong untuk berpikir sistematis dan kritis.  Ada kepuasan, ada kebanggaan ketika seluruh proses tersebut terlewati. Berikut beberapa pernyataan yang ditulis siswa; 

  • Yang saya pelajari dari proses menulis artikel adalah berpikir sistematis dan memparafrase kalimat dengan baik. Saya juga lebih menghargai karya penulis artikel karena saya merasakan sendiri bagaimana  menghasikan sebuah  artikel,  kesulitan ataupun hambatan apa yang dihadapi. 
  • Tentu saja, pelajaran dalam sisi akademis yang saya dapatkan adalah bagaimana memaparkan ide secara terstruktur  yang bisa dimengerti banyak orang. Saya  belajar cara untuk menganalisis dan memperbaiki artikel teman saya dan juga melatih critical thinking.   Proses menulis artikel mengajarkan saya untuk beradaptasi dengan keadaan. Ketika saya tidak bisa di-publish di satu website, saya harus dengan cepat mencari penggantinya. Disinilah saya belajar untuk menjadi pribadi yang tangguh, yang bisa menyelesaikan segala permasalahan secara independen.
  • Pelajaran yang saya dapat adalah bahwa semua butuh proses. Menulis artikel juga dibutuhkan proses. Semuanya tidak ada yang instan, perlu trial and error dari setiap prosesnya. Contoh saat menulis, kita sudah merasa apa yang ditulis sudah baik, tetapi setelah dibaca ulang lagi, ternyata masih ada yang kurang atau ada yang salah.

Ilustrasi Kelas menulis di Kolese Kanisius (Dokpri)
Ilustrasi Kelas menulis di Kolese Kanisius (Dokpri)

Melalui sebuah tulisan juga, siswa merasa bahwa pengetahuan bertambah, terutama pengetahuan dalam dunia tulis-menulis.  Beberapa siswa menyampaikan pandangan akan proses pembelajaran tersebut sebagai berikut;

  • Tugas ini telah menambah pengetahuan saya terkait bagaimana sebenarnya proses dibalik suatu tulisan, mulai dari dirumuskan, hingga diterbitkan di media online.
  • Meningkatkan kemampuan berbahasa, khususnya dalam menulis teks yang enak untuk dibaca. Saya juga memiliki apresiasi lebih tinggi untuk para penulis dan jurnalis  yang bisa menyusun kalimat dan paragraf yang enak dibaca setiap hari sebagai pekerjaan mereka. Saya tidak bisa meremehkan skill ini, karena kemampuan menulis itu penting ketika ingin menjelaskan ide kepada  orang lain. Bahkan dalam dunia ilmiah, bahasa itu masih penting.
  • Setelah proses pembelajaran ini, saya sekarang sadar bahwa menulis artikel yang baik tidaklah mudah. Artikel saya sendiri masih memiliki banyak kekurangan dan sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya sekarang menjadi lebih menghormati dan menghargai penulis-penulis artikel yang dapat menyajikan artikelnya dengan baik.
  • Setelah menulis artikel, saya belajar bagaimana cara menulis yang baik, bagaimana menganalisis informasi-informasi, serta cara untuk merangkai semua informasi yang dikumpulkan menjadi tulisan yang baik dan benar sehingga artikel yang ditulis dapat dipahami pembaca.

Melalui tulisan tersebut, siswa belajar tentang kedisiplinan, kesabaran, komitmen dan juga kerja keras. Misalnya,

  • Saya belajar untuk lebih disiplin dan lebih cerdas dalam menulis artikel dengan menggunakan strategi yang lebih efektif agar proses pembuatan artikel bisa dipercepat dengan kualitas yang serupa.
  • Pelajaran yang saya dapatkan adalah dalam proses menulis artikel diperlukan waktu yang lama sehingga kesabaran menjadi salah satu kunci dalam  proses menulis artikel yang disertai dengan fokus terutama dalam menjadi editor artikel orang lain. Kita harus fokus sehingga keseluruhan isi artikel dapat dipahami oleh pembaca
  • Saya belajar tentang komitmen untuk menyelesaikan paragraf dari awal hingga akhir. Menulis bukanlah suatu yang saya senangi semenjak kecil, begitupun dengan membaca. Namun, dalam menulis artikel ini, saya merasa terdorong untuk bisa menyelesaikan artikel  dari awal sampai akhir.

Pembelajaran merdeka adalah pembelajaran yang memerdekakan siswa dalam proses berpikir dan bertindak. Namun, pembelajaran  merdeka harus selalu mengantar setiap siswa sampai pada mengolah rasa dalam setiap prosesnya,  termasuk menulis.

Beberapa hasil refleksi berikut menggambarkan, bagaimanan setiap siswa merasakan bahwa proses menulis bukan hanya sekadar mengasah aspek kognitif saja, melainkan melibatkan rasa dalam akhir proses tersebut. Misalnya,

  • Saya merasa bangga dan lega setelah mengunggah hasil kerja artikel saya di media online. Saya merasa hal ini dikarenakan kerja keras saya beserta teman penyunting bisa dilihat dan dihargai oleh orang lain. Kebanggaan ini juga disertai dengan rasa lega karena sebelumnya ada rasa takut akan menulis artikel di online.  
  • Jujur, entah kenapa saya sangat bangga dengan diri saya. Walaupun hanya artikel biasa yang tidak akan banyak dbaca, tetapi saya sangat bangga karena saya bisa menghasilkan tulisan yang dipublikasikan di website yang cukup ternama.
  • Setelah berhasil menayangkan artikel di media online, saya merasa lega. Sebelumnya artikel saya di-takedown beberapa kali karena menggunakan artikel Kompasiana sebagai referensi. Saya merasa lega karena setelah menghapus satu paragraf, artikel saya bisa terbit tanpa kendala.
  • Saya merasa keren karena bisa mempublikasikan hasil karya otentik saya sendiri yang bisa dinikmati orang banyak.
  • Tentunya agak gugup, tetapi  senang karena   ini merupakan pengalaman baru yang  belum pernah saya coba sebelumnya.  
  • Saya merasa senang dan penuh rasa syukur. Sebelumnya saya terkesima dengan orang-orang yang menulis di berbagai media sosial.  Sekarang, saya merasa senang karena tulisan bisa ditayangkan di media online.
  • Saya merasa sangat senang dan puas, karena saya tidak menyangka bahwa artikel saya ditampilkan secara online, di media  yang selama ini sering digunakan  dalam referensi saya mengerjakan esai. Saya tidak bisa membayangkan bahwa saya bisa menulis untuk referensi orang lain. Saya juga menyadari bahwa ternyata menulis artikel tidak sulit/mustahil dilakukan,  bahkan untuk siswa SMA sekalipun.

Berbagi Pengalaman Nyata

Siswa perlu mendapat pengalaman nyata. Bahkan dalam konteks menulis pun siswa perlu mendapat pengalaman senyatanya. Menulis bukan hanya menuangkan sebuah gagasan  kemudian menayangkan secara online. Namun, menulis sebagai sarana berbagi dengan orang lain, berbagi ilmu, berbagi ide, berbagi kebaikan. Menulis adalah cara paling sederhana untuk berbagi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun