Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Menguak Prestasi-Prestasi yang Terkebiri

2 Maret 2023   14:48 Diperbarui: 2 Maret 2023   14:49 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber foto: Aaron Blancoi Tejedot - Unsplash, https://unsplash.com/photos/VBe9zj-JHBs)

Prestasi. Kisah manusia perkasa menjemput daya. Hidupnya selalu nyata dalam karya, bahkan memeras keringat dan air mata. Meski tak satu kata pun berani merangkulnya. Terkadang, sebagian manusia harus menerima nasib dan melumpuhkannya. 

Peraturan perusahaan senyatanya tidak menghambat setiap bekerja untuk bekerja baik. Prestasi layak menjadi bagian untuk diapresiasi. Kerja keras untuk menjadikan perusahaan maju dan berbudi adalah keuntungan yang tersembunyi. Meski terkadang banyak perusahaan yang hanya mengebiri dan menganggapnya sebagai perusak nilai diri. 

Kisah tentang manusia-manusia yang membela nilai diri, bekerja keras tanpa batas, bertanggung jawab membesarkan berbagai tempat usaha, dan mengekang diri untuk tetap setia terkadang hanya ada di balik berbagai berita. Kisah nyata seolah dalam tersembunyi. Padahal, banyak orang belajar dari arti sebuah perjuangan. Perjuangannya adalah perjuangan kita. 

Bejo terus menjadi pegawai kontrak.

Kisah tentang Bejo, misalnya.  Bejo, begitulah bisa teman-teman memanggil. Seorang  dengan mempunyai segudang prestasi luar biasa ketika dia bersekolah di STM. STM Mesin adalah jurusan yang dia pilih karena memang dia ingin mengabdikan diri untuk kemajuan pemesinan di Indonesia. Maka, melamar menjadi karyawan sebuah pabrik motor adalah harapan yang tak bisa ditolaknya.

Ia berharap bisa mengabdikan diri untuk terus bekerja di perusahaan otomotif. Tetapi, nasib menentukan lain. Ia harus terus-menerus mencari kerja, setiap tahun berulang, dan berulang. Dia harus melamar kerja. Setiap perusahaan yang diharapkannya akan menjadi tumpuan hidup sampai akhir hayatnya, hanya bisa menerimana selama setahun. Ia menjadi karyawan kontrak setiap tahun. Setiap tahun berulang, ia harus memperbarui kontrak. Itu pun jika diperpanjang. 

Ia menjadi karyawan kontrak setiap tahun. Setiap tahun berulang, ia harus memperbarui kontrak. Itu pun jika diperpanjang.

Di ujung kontrak, ia tidak pernah merasakah semangat dan kegembiraan untuk kerja. Maka, setiap akhir bulan kontrak selesai, ia tidak sanggup lagi bekerja, malas-malasan untuk bekerja, harus mempertimbangkan nasib dan hidupnya kelak. Ia harus menyambung hidup. Ia harus bertahan hidup. Ia tak peduli, ketika atasannya selalu memarahi diakhir kontrak selesai. Baginya, prestasi yang selama ini ia peroleh telah terkebiri dan meluluhlantakkan nasibnya.  

Ijazah Slamet tak berharga 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun