Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hadiah Istimewa dari Murid Istimewa

6 Januari 2023   20:39 Diperbarui: 6 Januari 2023   21:01 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kumpulan Puisi Anicca karya Liswindio Apendicaesar (dokpri)

Hari ini, 6 Januari 2023, tiba-tiba seorang anak muda, yang mungkin sudah lama tak bersua, tiba-tiba muncul di depan pintu sebuah kelas. Sapaan singkat, mengingatkan siapa dia sebenarnya. Sambil menyebutkan nama, sebuah buku kecil disodorkan perlahan. Buku kecil itu; kumpulan puisi itu sudah beralih tangan. Aku memegangnya begitu erat, 

...

Ayahmu telah mengajariku dengan baik; di 

kehidupan berikutnya, aku akan melupakan

air mata ini, dan semua kembali menemukan

satu sama lain,

Tapi manusia tetaplah manusia

dan semua doa adalah kenangan

yang bergemuruh


melepas nama dan rupamu (dipetik dari Kumpulan Puisi Anicca karya Liswindio Apendicaesar, hlm. 13)

Obrolan singkat seorang anak muda, yang 12 tahun pernah menjadi murid sekaligus teman dalam berdiskusi di kelas, seolah kembali mengingatkan pada apa yang pernah dan sering kita diskusikan di kelas. Menulis puisi, membaca puisi dan menikmati puisi adalah menikmati sebuah kejujuran atas sebuah kehidupan. 

 Dua belas tahun yang lalu, kita menjadi murid dan guru dalam satu ruang kelas bersama. Berbicara tentang pesan-pesan kehidupan dalam puisi-puisi yang kita pelajari hanya sebagai bagian dari kurikulum sekolah. Namun, hari ini, ketika buku kecil, kumpulan puisi ini pelan-pelan mulai dibaca, rasanya pengalaman dalam menemani siswa di kelas, dan pengalaman hidup yang diperoleh seorang mantan murid telah mengubah. Bagaimana sebenarnya, sebuah puisi mempunyai peran dalam kehidupan seseorang, hingga merelakan sebagian hidupnya untuk mencerna pengalaman dalam berbait-bait puisi.  

Membaca kumpulan puisi Anicca seperti membaca sebuah pengalaman hidup penulis. Pengalaman hidup di negeri seberang, Myanmar, sebagai pendidik tidak meruntuhkan pengalaman-pengalaman untuk tetap meneguhkan karya-karyanya di Nusantara. Kekayaannnya adalah perjalanan demi perjalanan yang dilalui hingga di setiap jengkal kota disinggahi selalu menelurkan karya-karya yang tidak akan usai dan usang. Enak dan indah untuk selalu dinikmati sebagai sebuah karya kehidupan. 

Kau memilihku pergi berlayar bersama duka

Setelah mengangkat jangkar yang seharusnya

Mendaratkan kepada pantai yang meerdeka

Sebab dogma dan dunia memaksamu berpaling

dari bahagia, ke bahtera semu yang asing

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun