Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Radio, Nasibmu Kini Tak Semerdu Suaramu

5 Desember 2022   21:37 Diperbarui: 11 Desember 2022   16:15 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Radio (Dokumentasi pribadi)

Kala itu, kenangan akan suara emas yang keluar dari mesin kecil yang setiap tahun harus membayar pajak bernama radio sulit untuk dilupakan. Radio menjadi teman kala setiap malam bermain bersama-sama tetangga, menikmati cahaya bulan. Sambil menggelar tikar mendong, mendengar cerita dan berita. 

Radio, kala itu memang menjadi satu-satunya penghibur, pelipur lara, pencerita, dan kotak promosi berbagai produk. Setiap kata disimak dan dinikmati tanpa bisa melihat sebenarnya secantik dan seganteng apa si penyiar. 

Setiap hari seperti dininabobokan oleh berbagai obrolan ringan dan bermutu. Indah dan selalu menggugah keingintahunan. Beragam acara, seperti musik, berita, iklan, obrolan, siaran olahraga, atau sandiwara. Semua disajikan dalam imajinasi berbeda-beda si pendengarnya.

Saat itu radio banyak diputar tanpa listrik. Hanya perlu 3 batu baterai atau enam batu baterai, pun bisa dibawa kemana-mana. Jika kebetulan sudah kehabisan daya, tak perlu bersusah-susah untuk membeli baterainya. Tinggal copot baterai dan dijemur di bawah terik matahari, niscaya baterai akan kembali menghasilkan suara nan merdu. Hemat dan tidak menguras kantong empunya. 

Acara Kenangan 

Sebuah acara yang menarik di radio begitu melekat menjadi saksi generasi saat itu. Pembacaan buku Pak Besut, nama asli P. Suradi Wardoyo, dikenal masyarakat tahun 80-an. 

Acara RRI setiap Kamis dan Sabtu mengudara pada pukul 21.00 WIB. Pak Besut begitu tenar di RRI pada masanya. 

Dalam bahasa Jawa yang begitu lekat, Pak Besut selalu menceritakan kisah drama, komedi, satire yang begitu indah. Ribuan pendengar asyik membayangkan bagaimana setiap peristiwa disampaikan Pak Besut ini terjadi. 

Pada tahun 1984, mulai diputarnya sebuah sandiwara penuh kenangan, Saur Sepuh. Drama radio yang sangat melegenda dan begitu fenomenal. Setiap hari hampir 240 radio menyiarkan. Saur Sepuh menjadi sandiwara yang begitu panjang, terangkai dalam 20 episode yang masing-masing 60 seri dan diputar selama 30 menit. 

Saur Sepuh selalu memancing keingintahuan. Setiap saat, banyak pendengar memutar-mutar pencari frekuansi untuk mencari radio mana yang menyiarkan terdebih lebih awal. 

Dalam cerita di kelas, bisa bermain tebak-tebakan dan tahu cerita apa yang akan terjadi di hari berikutnya. 

Saur Sepuh menjadi cerita fiksi dan sejarah yang begitu menarik bukan hanya anak muda tetapi golongan tua saat itu. Bukan saja menyajikan perebutan kekuasaan, petualangan, kesaktian, tetapi juga kisah percintaan.

Bukan hanya sandiwara, siaran langsung berbagai cabang olahraga juga disiarkan secara langsung melalui radio. 

Sepak bola adalah salah satunya. Sepak bola disiarkan secara langsung melalui radio. Pemirsa pun sambil duduk di depan radio, sambil membaca atau mengerjakan PR. Membayangkan bagaimana bola-bola menari dari pemain ke pemain sungguh,  sebuah pengalaman seru generasi 80-an. 

Suara komentator terdengar begitu jelas, sementara sayup-sayup suara penonton, tidak tahu apakah itu penonton saat permainan atau rekaman dari berbagai rekaman pertandingan sebelumya. Mendengar berarti harus percaya apa yang terjadi dan dilihat di komentator. Kita hanyut dalam seluruh wicara komentator dan penyiar saat itu. Sihir yang seolah menghadirkan pendengar di tengah lapangan. 

Kini Radio Itu 

Berbagai berita pun tersaji begitu cepat. Kita bisa menikmati berita tidak terbatas pada radio daerah, tetapi juga radio berbagai negara. Jam 6 sore misalnya, kita bisa mendengar berita aktual BBC London atau Radio Australia. 

Sajian informasi yang tidak terbatas tentang Indonesia, tetapi juga tentang dunia. Radio sekecil itu menjadi penghibur dan penyaji berita yang cepat nan akurat. 

Melalui radio kita bisa berinteraksi, kirim lagu, catat syair lagu, kirim cerita, catat nada. Dalam 24 jam mengudara, radio telah membawa cerita bagi generasi yang mengalaminya. 

Bagi generasi masa lalu, saat ini pun radio masih menjadi bagian kenangan---cerita kehidupan, menjadi teman di manapun ada. 

Bagi generasi kini, radio menjadi cerita dan sejarah generasi masa silam. Radio, akankah bertahan tergilas perputaran zaman? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun