Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Murid Terkenal, Guru Tenar

29 November 2022   11:17 Diperbarui: 30 November 2022   21:12 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bangga sebagai guru? Tentu, apalagi jika seorang guru bisa mengantarkan murid menjadi pemimpin negeri, mempunyai jabatan tinggi, pengusaha terkaya, artis atau seniman besar. Kegembiraan tidak akan sirna seumur hidup. 

Prestasi tidak dimulai tanpa belajar. Anak perlu belajar berbagai kemampuan. Belajar perlu dilatihkan anak agar dapat  berpikir kritis, memecahkan masalah, dan belajar mengambil keputusan. Ujian pun sesuatu yang sungguh penting. Bukan hanya di kelas, anak perlu ujian di masyarakat atau di kehidupan nyata. Seorang anak perlu membangun semangat, berani bersaing, merani menang, berani kalah, atau berani mewujudkan impiannya.  

Membangun dan melatih kepercayaan diri si anak tidak harus dilakukan di ruang kelas. Apalagi berkaitan dengan interaksi dan berkomuniaksi dengan orang lain dan lingkungan baru.

Sekolah perlu mendorong anak untuk mengikuti berbagai kompetisi. Tidak hanya menguji kompetensi kognitif, ketrampilan dan softskill seorang anak pun akan teruji, misalnya  menerima kekalahan, bersikap sportif, belajar disiplin, dan saling menghormati antarpeserta. Anak tidak hanya menjadi jago kandang, tapi juga jago tandang. 

Berbagai kompetisi juga menjadi warna untuk menemukan potensi diri, memperluas pengalaman, melengkapi pengalaman-pengalaman nyata, bahkan juga bisa menambah tambahan uang dalam bentuk uang pembinaan, tabungan atau asuransi untuk masa depan. 

Sekolah juga dapat memanfaatkan berbagai jenis lomba ini sebagai sarana promosi sekolah. Akan sungguh terasa, bagaimana sekolah yang berhasil memenangkan berbagai olimpiade di tingkat nasional dan internasional. Nama sekolah akan terangkat, nama daerah akan terkenal, dan  nama-nama guru pun akan tenar. Jika murid menang, pujian akan datang bertubi-tubi. Tidak hanya secara lisan melalui Dinas Pendidikan, berbagai media pun akan mengantarnya menjadi tranding topic. Kepala sekolah akan diundang sebagai narasumber. Guru akan digadang-gadang sebagai trainer. Murid pemenang pun akan menghiasi berbagai media online dan televisi, menjadi pembicara, pembagi cerita. Sebuah langkah menuju sekolah berprestssi. 

Siswa Pembelajar

Bagaimanapun, seorang anak adalah seorang pembelajar. Dalam dirinya terkadang sifat dominan; tidak mau kalah, selalu bersaing, harus menang  begitu doniman dalam dirinya. Begitu banyak dijumpai juga anak-anak  maniak lomba. Kemanapun ada lomba, dimanapun ada lomba yang sesuai dengan kemampuannya, dia akan mengikuti. Apalagi ada sebagian anak-anak yang  mengikuti bermacam-macam  lomba hingga tugas-tugas sekolah yang lain ditinggalkannya. 

Bagi anak-anak tertentu memang berbagai macam lomba ini menjadi candu, seperti halnya dengan berbagai mainan online-game online. Anak kecanduan berbagai macam lomba. Akibatnya, seluruh waktu digunakan untuk mempersiapkan lomba. Tidak hanya sekolah, namun di rumah waktu tak bersisa dalam mempersiapkan lomba. Tugas-tugas  sekolah  menjadi terbengkelai,  tidak ada kesempatan bersosialisasi di kelas.  Saat kenaikan kelas tiba, nilai-nilai selalu dibicarakan dan mengundang berbagai macam perdebatan. Begitu banyak nilai tidak tuntas.  Begitu banyak tugas tidak terkumpul. 

Kondisi ini tidak bisa harus mendorong sekolah mempunyai kurikulum lomba yang jelas. Jangan sampai waktu satu semester dihabiskan untuk persiapan lomba dan lomba. Apalagi lomba-lomba tingkat nasional  membutuhkan waktu yang lama untuk persiapan ini dan itu. Apalagi dalam tingkat internasional, siswa harus meninggalkan sekolah dalam jangka waktu yang lama. Karantina sekolah begitu lama agar tidak membuat malu daerah atau negara. Maka, perlu ada kesepakatan dan pengertian dari semua pihak; dinas pendidikan, promotor perlombaan, sekolah dan orang tua. Jangan sampai kecantuan lomba menggerogoti begitu banyak anak. Meski nama besar sekolah dan orang tua selalu menjadi taruhannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun