Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Pacaran Itu Bukan Dosa

8 November 2022   16:22 Diperbarui: 8 November 2022   16:29 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Ketika kita memahami bahwa perjalanan hidup  ibarat menaiki sebuah tangga, naik satu per satu dan kita merasakan bahwa tenaga sungguh dibutuhkan untuk sampai ke lantai dua atau tiga. Meski yang lain terkadang merasakan bahwa kehidupan seperti halnya menaiki lift. Begitu masuk kita sampai di tujuan. 

Pacaran bukan sarana seperti halnya lift. Pacaran itu seperti menaiki tangga, selalu butuh tenaga dan juga tujuan. Maka, berapa banyak tangga yang bisa dilalui adalah berapa kesulitan kita memahami orang lain, termasuk orang yang paling kita cintai.  

Berbagai pandangan dan pemberitaan yang berkembang kadang membuat orang tua begitu kuatir dan kembali bertanya-tanya, seberapa pentingkah pacaran untuk remaja kita? Apakah benar bisa menjadi sarana untuk mendekatkan dua insan untuk mempersiapkan rumah tangga? Jawaban pun akan beragam. Ada yang sanksi, optimis dan tak peduli. "Ngapain repot-repot pacaran, boros di ongkos,"

Ketika anak kita pacaran, tentunya harapan kita sebagai orang tua, anak-anak kita akan tahu persis siapa sebenarnya tambatan hatinya. Kita menginginkan dia untuk selalu menjaga martabat remajanya, menjaga nama baik keluarga dan juga agama. 

Tapi, terkadang kita bingung ketika anak mulai berpacaran. Kita kadang merasa anak kita jadi pendiam, mengurung diri di kamar, tidak mau berbuat apa-apa, sekolah pun tidak ada motivasi, bahkan prestasi semakin hari semakin menurun. Jika ini terjadi, sudahkah kita hadir untuk dia?  

Apalagi begitu banyak kata tetangga; dengan pacaran, apakah anak kita bisa memahami dan mendukung satu sama lain, apakah mereka punya rasa percaya diri untuk masuk kepada kedewaan pribadi, apakah ia sanggup untuk hidup mandiri untuk mengarungi berbagai macam persoalan yang tidak pernah selesai dalam hidupnya. Karena sekolah dan kursus dimanapun tidak akan pernah mengajarkan hal ini. 

Kurikulum Keluarga

Rasanya tidak ada satu pun lembaga yang mengajarkan atau memberikan bimbingan tentang cara berpacaran. Lalu, siapa sebenarnya yang ikut andil untuk mengajarkan etika, norma dan aturan tentang pacaran. Tentu saja, ya orang tua. Bagaimana mengajarkan kurikulum pacaran untuk anak-anak kita? Tentu saja orang tua harus terbuka dan siap menjadi teman untuk anak remaja kita. 

Ciptakan ruang untuk saling bercerita, ketika di rumah, ciptakan ruang makan sebagai sarana untuk menyampakan banyak hal, cerita tentang siapa yang dicintai, atau pengalaman orang tua ketika berpacaran. Bisa masak bersama, bisa bersih-bersih bersama.

Disana ada ruang untuk bercerita. Disana ada kesempatan untuk menyampaikan unek-unek. Ruang informal yang menyentuh anak untuk tertarik bercerita. Bukan dengan intimidasi atau interogasi, seperti mencari sisik melik. 

Pacaran bukan sebagai kesalahan, apalagi dianggap sebagai dosa. Karena pandangan belum cukup umur, karena pengaruh berbaga berita negatif tentang pacaran. Orang tua bijak selalu diuji dan  selalu berharga di depan buah hatinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun