Corona datang dan semua berubah. Â Adaptasi harus dilakukan jika kita tidak mau ketinggalan atau ditinggalkan. Â Di semua lini tanpa kecuali, semua melakukan adaptasi. Â Perusahaan swasta, pedagang, intansi pemerintah juga berbagai sektor kehidupan termasuk kesehatan dan pendidikan harus segera menyesuaikan. Â
Di bidang pendidikan, meskipun harus menimbulkan kehebohan di sana- sini, protes tak berkesudahan, toh adaptasi tetap harus berjalan. Â Bukan maunya kita untuk berubah, tapi kondisi yang mengharuskan berubah. Â Jika tak mau? Bersiap-siap terancam corona yang semakin ke sini semakin banyak korbannya.
Soal heboh-mengheboh terkait kebijakan di bidang pendidikan, sudah banyak yang mengulas dan membedah. Â Semua media baik cetak, media audio visual sampai media sosial, termasuk melalui tulisan para penulis keren di kompasiana ini, dari awal pandemi hingga saat ini, tak kurang-kurangnya rampai memperbicangkan, mendebat, dan mendiskusikan kebijakan itu. Â
Baik yang setuju, yang bertanya, atau yang menolak mati-matian gagasan satu pihak lalu dibahas pihak lainnya lagi sudah cukup banyak diketengahkan. Â Kali ini saya tidak ikut menambahi. Â Saya hanya ingin menulis sisi lain terkait adaptasi di bidang pendidikan yang disebabkan virus yang viral ini.
Sebagai pihak yang secara langsung terlibat di dunia pendidikan, meski bukan profesi utama, saya merasakan perubahan besar yang disebabkan kondisi pasca hadirnya pandemi ini. Â Sistem pengajaran, jangan ditanya, harus menyesuaikan. Â
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) mau tak mau harus dilaksanakan, baik dengan metode ketemu langsung via layar (biasanya kami menggunakan aplikasi zoom) maupun juga dipadukan dengan aplikasi lain seperti google class room dalam penyampaian softcopy materi dan tugas, atau WA group agar komunikasi dua arah tetap terjalin.Â
Selain itu, yang tak kalah drastisnya, adalah saat pelaksanaan ujian. Â Semester ini, lembaga pendidikan tempat saya mengajar baru pertama kali mengadakan PJJ ini. Â Semester lalu kami masih mengadakan kelas konvensional, begitu juga dengan pelaksanaan ujian dan penilaiannya. Â
Saya masih dikirimi kertas ujian yang kemudian saya periksa satu per satu untuk dinilai. Untuk penyampaian nilai, sejak beberapa semester sebelumnya, kami sudah melakukannya via portal lembaga yang didalamnya terdapat aplikasi pengisian/penyampaian nilai sehingga mahasiswa dapat melihat nilainya melalui akun masing-masing tanpa perlu menanyakan pada dosennya atau mendatangi lembaga. Â
Terdapat aturan yang ketat terkait kewajiban ini yang membuat pengajar mau tak mau harus menyampaikan nilainya tepat waktu jika tak mau terkena sanksi dari lembaga. Â
Selain itu, dosen disarankan untuk mengadakan transparansi nilai sehingga mahasiswa tidak dirugikan. Â Terkait hal ini, biasanya saya membawa lembar jawaban mahasiswa yang sudah diberikan nilai lalu diserahkan (dipinjamkan sementara) kepada mahasiswa untuk dilihat dan diperiksa mereka agar jika terdapat kesalahan penilaian dapat dilakukan perbaikan. Â Lalu dikembalikan.