Setelah mundurnya prestasi Maria Kristin pasca raihan medali perunggu di Olimpiade Beijing tahun 2008, prestasi pemain tunggal puteri Indonesia kembali melorot. Â Maria mulai sering dilanda cidera hingga pengunduran dirinya dari persaingan bulutangkis dunia. Â
Di saat seperti itu, Elizabeth Purwaningtyas seolah memberikan harapan baru bagi pencinta bulutangkis Indonesia setelah secara mengejutkan meraih perak pada Kejuaraan Dunia Yunior Bulutangkis Tahun 2011 di China Taipei. Â
Tak tanggung-tanggung, pemain yang akrab disapa Ocoy ini mampu mengalahkan Carolina Marin dengan ruber set 23-21, 17-21, dan 21-19. Â Padahal, dari sisi peringkat dan pengalaman, Marin jauh di atas Ocoy. Â
Marin sudah wara wiri di turnamen senior dan berada di rangking 29 dunia saat itu sementara Ocoy masih di luar 200 besar dunia.Â
Namun, dengan semangat pantang menyerah dan usaha yang luar biasa, Ocoy mampu mengalahkan Marin dan berjumpa Intanon Ratchanok, unggulan utama turnamen yang juga juara bertahan. Â Ocoy kalah dan harus puas jadi runer up.
Sayang, seperti yang dialami Kristin Yunita, Ocoy seolah tenggelam setelah itu. Â Cedera yang berkepanjangan membuat dia harus merelakan mimpinya dan bahkan harus keluar dari pelatnas. Â
Dia akhirnya mencoba mengikuti turnamen Sirkuit Nasional yang diikuti pemain-pemain nasional dengan hasil yang tak terlalu spesial. Â
Padahal, di saat yang sama, Marin dan Intanon sudah bertranformasi menjadi pemain yang menakutkan dunia dengan meraih gelar-gelar prestisius. Â Bahkan, Marin mampu meraih medali emas pada gelaran Olimpiade Rio De Janeiro tahun 2016.
6) Gregoria Mariska Tunjung
Indonesia terus mencari bibit unggul di tengah minimnya atlet tunggal puteri unggulan. Â Susi Susanti yang pernah mengguncang dunia dengan prestasi spektakulernya akhirnya kembali ke PBSI. Â