Mohon tunggu...
Arif Yunando
Arif Yunando Mohon Tunggu... -

Seorang musisi yang memiliki ketertarikan secara berlebih terhadap sains dan filsafat keagamaan. Berusaha menyampaikan aspirasi dari pemikirannya secara konkrit terhadap masyarakat umum. :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agama, Sifat Rasis dan Kekristenan

9 Februari 2016   15:29 Diperbarui: 9 Februari 2016   16:06 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa itu agama?"

Kita akan memulai artikel ini dengan pertanyaan tersebut

Saya beragama Kristen! Saya Islam! Saya Budhist! dsb. Itu adalah jawaban yang umum yang biasa kita jawab saat ditanya apa agama kita masing - masing. Tapi, jika kita melihat lebih kedalam agama kita, sebenernya apa itu agama? Coba pikirkan sejenak... Ya, agama merupakan affiliasi kepercayaan kita yang kolektif dan terkumpul sebagai suatu komunitas yang besar, agama tidak mewakilkan apapun selain golongan kita. Sama seperti gender, genus, bahkan species. Namun perbedaanya, agama tidak ditentukan secara kodrati, melaikan ditentukan dari kita sendiri.

"Kenapa saya beragama"

Sebagian besar dari kita mungkin akan menjawab, karena kita mengakui adanya Tuhan. Tapi kenyataannya kita beragama karena kita mahluk sosial, dan kita membutuhkan orang lain untuk mendukung kepercayaan kita, makanya dibentuklah agama oleh manusia. Ini sudah menjadi kodrat manusia sebagai mahluk sosia yang menyebabkan kita beragama

 "agama, sebuah kenyataan yang tidak nyata"

Dalam dunia modern, keagaaman tidak lagi sesuai dengan kodratnya. Ini disebabkan oleh kecenderungan manusia untuk mempercayai sesuatu yang diberitahukan kepada mereka tanpa mengetahui jelas alasannya. Agama pada mulanya hanyalah suatu bentuk relasi orang - orang yang homogen pemikiran dan imannya, namun untuk anak - anak yang lahir di dalam lingkungan homogen tersebut, pemikiran ini menjadi kenyataan menurut relativitas anak tersebut. Sama seperti katak yang lahir dalam sumur hanya mengetahui langit sebagai lingkaran kecil yang terang.

Dalam dunia ini, masing2 katak dapat berhubungan satu sama lain walaupun berbeda sumur. Dan yang terjadi adalah, mereka saling menjudge satu sama lain berdasarkan hubungan yang terjalin tanpa mencoba membayangkan apa yang terlihat di sumur lain tersebut. Misal, konteks yang dimiliki katak A adalah sumur yang bulet, sedangkan Katak B memiliki konteks sumur kotak. Maka, si A akan mengatakan si B salah karena B beranggapan langit itu kotak, dan A beranggapan langit itu bundar.

Ilustrasi diatas menggambarkan kenapa manusia menjadi rasis, karena konteks keagaaman yang diterima seseorang masing-masing berbeda. Dan menutup bayangan manusia terhadap keagamaan orang lain. Bahkan jika sekalipun agama mereka sama. 

Orang yang tidak rasis, akan menyamakan imajinasinya berdasarkan relasi dia terhadap orang tersebut dan lalu mencoba membayangkan apabila dia berada didalam sumur yang sama.

Untuk orang Kristen, jadi sebenernya Tuhan itu dimana? Tuhan ada di luar sumur tersebut, Dia yang bisa melihat semuanya secara keseluruhan dan itu yang membuatnya menjadi sebuah eksistensi yang ilahi, karena dia tidak terbatas. Tuhan memberikan tanda-tanda yang jelas terhadap seluruh manusia seperti adanya langit dan dunia yang lebih luas diluar sumur, itu yang disebut dengan bukti umum keberadaan Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun