Mohon tunggu...
Arif Uopdana
Arif Uopdana Mohon Tunggu... Lainnya - uopdana 1993

Fakir ilmu

Selanjutnya

Tutup

Nature

Limbah pertambangan (Tailing)

1 Juni 2020   19:59 Diperbarui: 15 September 2020   09:20 2005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jebolnya bendungan tailing tambang di Mariana, Brazil. Tahun 2015

Hasil dari 2018 Responsible Mining Index (RMI), mengungkapkan hal yang mengkhawatirkan bahwa banyak perusahaan tambang terbesar dunia tidak dapat 'memahami dan menunjukkan' seberapa efektif mereka menangani risiko kegagalan bendungan limbah tambang (tailing) dan rembesannya. Sebanyak 30 perusahaan tambang yang dinilai dalam RMI 2018, hanya meraih skor rata-rata 22% untuk pelacakan, peninjauan, dan tindak lanjut dalam upaya memperbaiki manajemen risiko limbah tambang mereka, yang mana dalam hal ini skor Vale sedikit di atas rata-rata. Lima belas dari 30 perusahaan tersebut tidak menunjukkan bukti bahwa mereka turut melacak seberapa efektif mereka menangani risiko tersebut. Meskipun 17 perusahaan menunjukkan tanda-tanda dilakukannya peninjauan untuk melihat seberapa efektif langkah-langkah manajemen risiko limbah tambang mereka, tidak ada bukti dari keseluruhan perusahaan tersebut bahwa mereka telah secara terbuka mengungkapkan sejauh mana mereka mengambil tindakan sistematis berdasarkan tinjauan dimaksud untuk memperbaiki cara mereka mengatasi risiko terkait limbah tambang.

Hasil yang lebih luas dari RMI 2018 memperlihatkan bahwa perusahaan kerap tidak memberikan informasi yang memadai tentang cara mereka mengelola risiko sosial dan lingkungan hidup, terutama dalam memberikan informasi yang bermakna terkait kinerja di tingkat lokasi tambang. Pekerja, masyarakat yang terkena dampak pertambangan, pemerintah dan investor sering kali tidak diberi tahu tentang risiko yang ada dan seberapa baik perusahaan menangani risiko tersebut. Perusahaan mungkin saja enggan mengungkapkan secara terbuka informasi yang berpotensi merugikan dan bersifat sensitif ini, akan tetapi kehidupan dan mata pencaharian pekerja dan masyarakat bergantung pada diambilnya langkah-langkah perlindungan yang memadai.

Tahun 2015, Lindsay Newland Bowker dan David Chambers mengkaji data kegagalan bendungan limbah tambang di masa lalu. Serta, data proyeksi produksi bijih tambang hingga 2019, dan memperkirakan terjadinya 11 kerusakan sangat serius antara 2010-2019 (Terbukti dengan terjadinya bencana Córrego do Feijão, Brazil. tahun 2019 lalu). Para peneliti di World Mine Tailings Failures lantas turut memperhitungkan kejadian-kejadian terbaru dan merevisi jumlah tersebut menjadi 14 kejadian yang sangat serius dalam dekade ini.

Dengan turunnya cadangan global logam dan mineral yang siap di tambang, industri pertambangan telah mulai mengekstraksi bijih (ore) tambang yang kualitasnya lebih rendah. Volume dan sifat limbah tambang (tailing) yang dihasilkan dari kegiatan tersebut membuat limbahnya jauh lebih banyak dan sulit untuk disimpan secara aman, sehingga secara signifikan meningkatkan risiko jebolnya bendungan limbah. Margin keuntungan yang lebih kecil dari kegiatan operasi berkualitas rendah ini membawa risiko tambahan yaitu dilakukannya penghematan biaya yang lantas mengurangi penanaman sumber daya/investasi pada manajemen aspek keamanan terkait limbah tambang/tailing.

Apa yang dapat dilakukan perusahaan tambang untuk mengurangi risiko kegagalan bendungan limbah tambang yang bisa berdampak begitu dahsyat? Pertama, perusahaan dapat lebih bersungguh-sungguh mempertimbangkan risiko saat merancang, merencanakan, dan membangun bendungan limbah. Laporan UNEP tahun 2017 menyerukan kepada perusahaan, regulator, dan masyarakat untuk mengadopsi tujuan bersama untuk mencapai nihil-kerusakan pada fasilitas penyimpanan limbah tambang, dan merujuk kepada rekomendasi panel yang meninjau bencana Mount Polley, 2014: bahwa “aspek/atribut keselamatan harus dievaluasi secara terpisah dari pertimbangan ekonomi, dan biaya hendaknya tidak menjadi faktor penentu” dalam mengelola limbah tambang (tailing).

Jenis bendungan yang menyebabkan bencana di Brasil belum lama ini - yakni bendungan yang merupakan bagian dari sederetan bendungan yang dibangun ke arah hulu dari tanggul asli - merupakan jenis bendungan limbah tambang (tailing) yang paling mungkin mengalami gagal-bendung.Vale sekarang telah berkomitmen untuk menghentikan operasi semua bendungan yang dibangun dengan metode arah hulu dan perusahaan lain jelas dapat mengikuti langkah yang sama. Penghentian dan pembongkaran bendungan arah hulu dan pemindahan limbah tailing ke fasilitas penyimpanan yang lebih aman akan membutuhkan tingkat transparansi dan biaya yang sangat besar sehingga regulator dari pihak pemerintah dan para investor perlu mendukung semua upaya untuk meniadakan bendungan-bendungan yang diketahui memiliki risiko terbesar.

Responsible Mining Foundation (RMF) mendorong  perusahaan tambang untuk memperhatikan langkah-langkah dasar berikut ini untuk memastikan terlaksananya pengelolaan risiko limbah tambang (tailing) yang lebih bertanggung jawab :

  • Berkomitmen untuk menjaga standar keselamatan yang setinggi mungkin di semua negara/yurisdiksi, lebih dari sekadar kepatuhan terhadap ketentuan hukum apa pun.
  • Berkomitmen untuk tidak menggunakan sungai, danau, atau laut untuk membuang limbah tambang (tailing).
  •  menempatkan akuntabilitas dan tanggung jawab atas pengelolaan limbah tambang (tailing) pada level tertinggi di perusahaan.
  • Berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi untuk pendekatan yang lebih aman dan berisiko lebih rendah dalam hal penyimpanan limbah tambang (tailing).
  • Mengadopsi teknologi terbaik yang ada sejak fase awal pengembangan proyek.
  • Mendesain bendungan limbah tambang (tailing) dengan faktor keselamatan tingkat tinggi, yang memperhitungkan kejadian ekstrem dan stabilitas permanen setelah penutupan.
  • Memastikan bahwa lokasi bendungan limbah tambang (tailing) berada jauh dari permukiman masyarakat dan fasilitas pekerja.
  • Melakukan peninjauan internal dengan frekuensi yang cukup sering atas kinerja fasilitas limbah tambang dan memastikan bahwa tindakan korektif dilaksanakan sesuai jadwal dan dengan anggaran yang memadai.
  • Memungkinkan dilakukannya peninjauan dan audit independen atas proses pencarian/penyelidikan dan pemilihan lokasi, desain, konstruksi, operasi, penutupan, dan setelah penutupan fasilitas limbah tambang, dan dengan melakukan pengungkapan terbuka atas temuan yang diperoleh.
  • Mengupayakan agar semua informasi terkait risiko limbah tambang (tailing) dapat diakses publik, termasuk semua tinjauan internal dan eksternal, kesiapsiagaan menghadapi kondisi kedaruratan dan rencana tanggap kedaruratan, serta semua informasi yang relevan tentang jaminan keuangan yang disediakan untuk penanggulangan bencana dan pemulihan sesudahnya.

Dalam era penurunan kualitas bijih tambang dan peningkatan volume limbah (tailing), tidak hanya aspek optimalisasi biaya saja yang perlu diperhatikan, melainkan yang lebih penting ialah memastikan bahwa pertambangan mampu menghidupkan perekonomian, meningkatkan kehidupan masyarakat, dan menghormati lingkungan hidup negara produsen.

PENAMPUNGAN TAILING 

Dalam pembangunan penampung tailing pada prinsipnya terdiri dari dua komponen yaitu urugan atau tubuh bendungan tailing (tailing dam) dan kolam pengendapan material (kolam waduk). Pada kolam waduk, material padat akan mengendap dan terpisah dengan material layang. Material di kolam waduk terdiri dari endapan material padat dengan berbagai konsistensi dan cairan permukaan yang berupa air yang berasal dari aliran permukaan atau hujan yang jatuh langsung di atas kolam waduk.

Ada beberapa macam cara penampungan tailing yang memenuhi persyaratan dasar : Pemilihan lokasi dan tipe pengelolaan akan dipengaruhi oleh pertimbangan kemanan, ekonomi, faktor-faktor topografi, klimatologi, hidrologi, geologi, dampak lingkungan hidup, maupun kemudahan operasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun