Mohon tunggu...
AyahArifTe
AyahArifTe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Ayah

Penulis dan mantan wartawan serta seorang ayah yang ingin bermanfaat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rekam/Sebar Foto dan Video Kecelakaan Cibubur: Rasa Kemanusiaan?

19 Juli 2022   18:10 Diperbarui: 19 Juli 2022   18:13 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Foto : TribunBekasi/Joko Supriyanto

Kejadian tragis di Jalan Arteri Cibubur, Senin, 18 Juli 2022, menggegerkan kita semua. Rasa sedih, haru dan iba merebak di hati kita. Seharusnya kejadian itu tak perlu terjadi ... seharusnya kejadian itu bisa dihindari ... seharusnya ... seharusnya ...

Saya pun langsung menghubungi teman-teman dan beberapa famili yang kebetulan tinggal di Kawasan Cibubur via WA. Mereka aman. Alhamdulillah. Tapi, tetap perasaan gundah dan sedih tak bisa kita bohongi setelah mendengar ada 10 orang yang harus meregang nyawa sia-sia serta lebih dari belasan orang luka-luka.

Lalu perasaan saya kemudian jadi berubah marah setelah melihat grup WA. Banyak foto dan video tentang kecelakaan tragis tersebut beredar semena-mena. Saya bilang semena-mena karena betul-betul vulgar. Kenapa vulgar? Ya, karena tidak ada editing apa pun terhadap tampilan gambar foto atau video. Vulgar!!!

Saya pun langsung minta rekan-rekan di kantor untuk tidak melihat/mengklik apa pun yang terkait dengan foto atau video kecelakaan tragis tersebut, apalagi menyebarkannya. Hal yang sama saya lakukan ke famili terdekat saya. Itu lah yang saya bisa lakukan. Sebagai muslim, saya juga langsung mengucapkan "innalillahi wainnailaihi rojiun" sebagaimana biasa bila kita mendengar atau mengalami musibah apa pun.

Yang tak habis pikir oleh saya adalah mereka yang merekam gambar foto atau video kecelakaan tersebut.

Anda mau jadi reporter? Anda mau viral? Anda pikir dengan merekam gambar foto atau video itu lalu menyebarkan ke akun media sosial atau pun via berbagai platform pesan singkat (WA, Telegram, FB Messenger, dll) akan membuat orang merasa iba? Atau dengan tindakan Anda itu akan membuat perubahan orang yang melihatnya? Atau agar para pengendara lebih berhati-hati? Atau apa ...?

Hanya satu pertanyaan saya yang ingin saya Anda jawab ; di mana rasa kemanusiaan Anda?

Mohon maaf ... saya terbawa emosi sekali dengan tindakan Anda. Saya pikir sudah saatnya -- untuk ke sekian kali -- pemerintah dalam hal ini kementerian terkait menuntaskan hal-hal seperti ini. Sudah sepatutnya ajukan draft rancangan undang-undang yang bisa mengancam pidana bagi mereka yang merekam gambar foto/video kemudian menyebarkannya lewat media apa pun.

Seharusnya pihak kementerian terkait sudah sejak lama segera berdiskusi dengan para anggota DPR untuk membahas hal ini. Seharusnya ... seharusnya ... dan seharusnya ... sudah sejak lama sekali Anda-anda, Bapak dan Ibu yang terhormat berempati terhadap hal seperti ini ...

Pertanyaan saya juga sama dengan sebelumnya ; di mana rasa kemanusiaan Anda?

Senin, 18 Juli 2022 pagi (WIB), seorang kawan Kompasianer (mbak Hennie Triana Oberst) yang tinggal di Jerman menuliskan artikel tentang Gaffer. Gaffer, jika diartikan adalah orang merekam atau memotret korban dan hanya menjadi penonton saat terjadi kecelakaan, kekerasan, dan bencana. Silakan klik di sini untuk membacanya. Di artikel tersebut mbak Hennie telah menuliskan tentang ancaman pidana bagi mereka yang merekam gambar atau video kecelakaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun