Mohon tunggu...
Arif Setiawan
Arif Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Orang biasa

Bukan siapa siapa, tapi ingin menjadi orang yang bermanfaat, berguna bagi nusa dan bangsa. 😃

Selanjutnya

Tutup

Worklife

80 Persen Pekerja Mengalami Stres karena Khawatir Kesehatan

7 Juli 2022   10:00 Diperbarui: 7 Juli 2022   10:07 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kondisi stres tidak mungkin bisa dihilangkan dari kehidupan seseorang. Menurut psikolog, orang juga perlu stres pada level tertentu untuk membuat kita bersemangat. Tetapi jika berlebihan akan membuat kita lelah dan burnout.

Apabila keluhan terus berlanjut segera lakukan konsultasi dengan konselor di bagian SDM perusahaan, atau tenaga kesehatan seperti psikolog atau psikiater.

Menurut Pandji Anoraga (2001:108), stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkunganya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.

Berdasarkan hasil survey manajemen di Indonesia, bahwa 80 persen pekerja mengalami gejala stres selama masa pandemic Covid-19/ corona virus. Terjadinya stres dimulai dari level sedang hingga berat.

Rentang usia pekerja yang mengalami stres rata-rata adalah dibawah usia 25 tahun sebesar 78%, 26-35 tahun sebesar 83%, 36-44 tahun sebesar 79%. Stres disebabkan karena pekerja khawatir mengenai masalah kesehatan dan keselamatan anggota keluarganya. Akibat dari ketakutan terkena virus Covid-19. Ada pula sebabnya karena stres memikirkan keberlangsungan usaha atau karirnya di masa pandemic.

Gangguan financial akibat pekerjaan yang terganggu selama masa pandemic juga dijadikan pemicu munculnya gejala stres pada pekerja di Indonesia.

Akses kesehatan mental untuk karyawan juga dianggap belum merata. Menurut survey, baru 56 persen pekerja yang mempunyai akses kesehatan mental di tempat bekerja. Hal ini membuat mereka lebih kecil kemungkinannya untuk meninggalkan perusahaan apabila dibandingkan dengan yang tidak memiliki akses kesehatan mental.

Pekerja merasa kurang diperhatikan kesehatan mentalnya oleh perusahaan tempat mereka bekerja. Kesejahteraan dan kesehatan baik secara materi atau bukan, akan terasa saat pekerja benar-benar sudah sakit.

Stres bisa dialami oleh siapa saja. Pekerja perempuan ternyata lebih rentan mengalami stres di lingkungan kerja daripada pekerja laki-laki. Psikolog menganjurkan karyawan perempuan untuk lebih bisa mengelola stres saat bekerja dengan baik.

Pekerja laki-laki maupun perempuan mempunyai kemungkinan tingkat stres yang sama. Hal ini tergantung masing-masing individu menghadapinya.
Untuk mengatur mental seseorang saat mengalami stres yaitu dengan cara menyeimbangkan diri dan waktu antara pekerja dan hal lainnya. Selain itu, menjalin relasi atau hubungan dengan rekan kerja, serta komunikasi yang baik di tempat kerja dan lingkungan keluarga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun