Mohon tunggu...
Arif Susanto
Arif Susanto Mohon Tunggu... Tutor - Penulis Buku Sekolah Untuk Sukses

Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apa Alasan Kita Memilih saat Pemilu?

12 Maret 2014   00:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:03 1468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kurang dari sebulan, kita rakyat Indonesia akan menentukan Pilihan masa depan pada Pemilu 9 April 2014. Lima menit kita di Tempat Pemungutan Suara (TPS) akan menentukan nasib Bangsa, nasib masyarakat, juga nasib diri dan keluarga kita setidaknya selama lima tahun kedepan. Agar tidak asal-asalan memilih apalagi memilih yang asal-asalan, maka kita harus memulai dari pertanyaan sederhana: Apa alasan kita memilih saat Pemilu?

Sebagai mahluk yang diberikan akal, tentu kita akan membuat berbagai pertimbangan atas apa yang akan kita pilih dalam hidup ini. Dalam memilih menu makanan saja, kita tentu mempertimbangkan banyak hal misalnya kecukupan gizi, kesehatan makanan, atau juga budget yang tersedia untuk membeli makanan yang akan kita makan. maka, sudah selayaknya dalam menentukan pilihan di Pemilu 2014, kita harus mempertimbangkan masak-masak apa alasan kita memilih seorang caleg atau sebuah partai saat kita berada di bilik TPS.

Kita bisa saja memilih secara asal karena alasan kita tidak kenal dengan caleg atau partai yang tertera di surat suara. Banyak di antara kita juga tidak berfikir panjang atas pilihan yang kita tetapkan saat mencoblos kertas suara. Sehingga pilihan ditentukan karena alasan yang sangat sederhana. Misalnya karena calegnya cantik atau tampan, karena foto sang caleg itu unik, dan lain sebagainya. Di sisi lain, banyak alasan primordialisme yang disuguhkan semisal dia masih saudara kita, tetangga satu desa, satu suku, satu sekolah, seagama, dan alasan kesamaan lainnya.

Alasan tersebut tidak sepenuhnya salah. Bahkan alasan inilah yang digunakan berpuluh tahun sehingga kita ingin yang menjadi anggota dewan atau pemimpin itu adalah saudara kita, adalah orang yang satu daerah dengan kita, teman satu almamater dan lain sebagainya. Akan tetapi, nampaknya kita perlu mengoreksi alasan kita memilih dalam Pemilu 2014 ini.

Alasan Ke-Indonesia-an

Kadang kita lupa, bahwa kita sedang memilih wakil rakyat yang menentukan nasib bangsa dan rakyat Indonesia, bukan semata memilih kerabat atau karib kita agar dia menjadi pejabat sehingga kita ikut bangga dan kebagian 'cipratan' jabatannya. Karena ini menyangkut nasib bangsa dan negara, maka selayaknya alasan kita dalam menentukan pilihan adalah alasan kebangsaan dan ke-Indonesia-an.

Bila kita mau merenung sejenak, kita kini hidup di Indonesia yang memiliki tanah air yang subur dengan kekayaan melimpah ruah. Kita juga dianugerahi manusia/rakyat dengan jumlah populasi mencapai 250 juta manusia. Melihat tetangga kita Singapura yang hanya memiliki tanah/daerah denga luas tidak lebih dari 1/5 Jakarta, tanpa kekayaan alam, dan dengan jumlah manusia yang cuma sekitar 5 juta, harusnya kita Indonesia berkali lipat lebih sejahtera dan lebih maju dibanding Singapura. Namun kenyataannya tidak demikian. Salah satu sebabnya, karena 5 juta manusia singapura kini bergotong-royong bahu membahu menjaga dan membangun bangsanya, sementara 250 juta rakyat Indonesia kini sibuk dengan urusan masing-masing.

Di antara 250 juta rakyat Indonesia, sebagian besarnya hidup untuk dirinya dengan bekerja sekedar memenuhi kebutuhan hidup keluarga atau kepentingan karir pribadi. Sebagian lain asik melakukan korupsi bersama-sama dengan mengeruk kekayaan negara demi kepentingan pribadi, atau menikmati uang tutup mulut dari mereka yang merampok kekayaan negeri. Sehingga sebagian besar manusia Indonesia secara hakikat bukan lagi menjadi manusia Indonesia. Di dalam diri mereka tidak ada kesadaran, jiwa, dan kehendak untuk mendedikasikan diri untuk Bangsanya. Lagu Bagimu Negeri tidak lagi terinternalisasi.

Rendahnya dedikasi untuk membela dan membangun Indonesia juga tergambar dari alasan memilih dalam Pemilu. Manakala alasan primordialisme menjadi alasan dominan, maka wajar bila Pemilu kita tidak melahirkan pemimpin yang negarawan dan patriotik yang senantiasa sibuk bekerja untuk bangsanya. Karena bila pemimpin kita memiliki jiwa Nasionalisme dan Patriotisme yang kokoh, mereka tidak akan sempat berfikir dan melakukan korupsi. Kesadaran mereka adalah kesadaran bekerja dan berkorban untuk Indonesia, bukan bekerja untuk kekayaan atau kesenangan pribadi, keluarga dan golongannya.

Maka bila kita menginginkan Bangsa Indonesia menjadi Bangsa yang mampu segera mewujudkan cita-cita kemerdekaan, maka kita harus memasukkan alasan ke-Indonesia-an dalam alasan kita memilih saat Pemilu. Kita harus memilih mereka yang siap dan kita yakini mampu segera mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia, bukan mereka yang memita dipilih hanya karena alasan primordialisme, janji-janji pragmatis, atau tawaran uang yang menggambarkan betapa mereka tidak sungguh-sungguh akan bekerja dan berkorban agar cita-cita kemerdekaan Indonesia segera terwujud.

Empat Kriteria Caleg Ideal untuk Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun