Mohon tunggu...
Arif Rahman
Arif Rahman Mohon Tunggu... Wiraswasta - instagram : @studywithariffamily

Bekerja untuk program Educational Life. Penelitian saya selama beberapa tahun terakhir berpusat pada teknologi dan bisnis skala kecil. Creator Inc (Bentang Pustaka) dan Make Your Story Matter (Gramedia Pustaka) adalah buku yang mengupas soal marketing dan karir di era sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

Yang Bisa UMKM Pelajari dari Joan Mir

16 November 2020   08:30 Diperbarui: 16 November 2020   08:41 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gelar bisa dibeli, tak soal harga pemain dan pelatih yang tak wajar! Real Madrid, Man City, Pabrikan Honda  atau Yamaha, dan sederet lainnya yang turut latah dan tiba-tiba kaya mendadak, berlomba membangun tim dengan uang. Namun berapa pun banyaknya gelar yang mereka capai, tak cukup membuat saya berdecak.

Keberhasilan para semenjana, yang berbekal sedikit dana dan ribuan determinasi, jauh punya cerita. Denmark (Eropa 1992), Blackburn Rovers (Premier League 1995), Kaiserlautarn (Bundesliga 1997),  Yunani (Eropa 2004), FC Porto (Liga Champion 2003) sampe Persik Kediri (Liga Indonesia 2005), sedikit contoh yang bisa memberikan kita pelajaran, bahwa besarnya nominal bukan jaminan menggenggam gelar.

Kemarin, satu lagi yang memberi kita pelajaran serupa. Melalui pembalap Joan Mir dan tim mediokernya bernama Suzuki Ecstar. Mereka menunjukkan bahwa kerja benar dan kreativitas, bisa menajamkan bujet yang tumpul. Sebelumnya, (2012-2014) Suzuki absen seri MotoGp karena kendala keuangan. 

Saat come back pun hingga sekarang, manjadi pabrikan dengan bujet mepet. Keberhasilannya hari ini, karena kemampuan mereka mengotimalisasi apa yang ada dengan fokus.


Pertama, merekrut rookie yang murah meriah, Joan Mir cuma punya 1 gelar juara dunia, itupun moto3 beberapa tahun silam, dan ini baru tahun keduanya di kelas moto GP.

Kedua, tidak memiliki tim satelit, keuntungan ini membuat dana mereka tidak terbagi, dan justru konsentrasi membangun satu produk dengan total.

Ketiga, membangun budaya kekeluargaan selayaknya Tim Satelit, yang justru memungkinkan mereka saling berbagi data, pun emosi.

Keempat, sadar bahwa motor GSX-RR mengadopsi mesin inline 4 yang tertinggal dari V4 milik Honda dan Ducati di lintasan lurus, tim Suzuki mengembangkan sasis dan swingarm  yang cocok dengan ban Michelin, stabil saat menikung dan membuat pembalapnya konsisten meraih poin. Kalah di trek lempeng, namun cekatan di tikungan.

Filosofi ini sesuai dengan apa yang bisa kita lihat pada kisah Daud melawan Jalut (populer dengan nama Goliath). Bagaimana yang kecil, jumawa di hadapan yang besar. Bayangkan, Jalut yang berpostur bak raksasa, berbaju tembaga perang, bersenjata mematikan, dan sejak kecil sudah dibesarkan sebagai seorang petarung, dan akhirnya menjadi bagian dari pasukan militer.

Melawan Daud muda, seorang gembala yang bercita-cita jadi tentara, ayahnya tidak mengijinkan, namun takdir membawanya ke medan tempur, tanpa baju perang dan hanya membawa beberapa batu, head to head dengan Jalut.

Di atas kertas, kebanyakan orang menduga Jalut akan menang mudah dalam duel ini. Ketika semua berpikir akan terjadi hand to hand combat, Daud mengecewakannya. Dengan slingshot, ia luncurkan batu dari jarak jauh, tepat melubangi tengkorak kepala Jalut, yang jatuh seketika.

Hal ini kemudian menjadi cerita yang terus di turunkan dari generasi ke generasi, bagaimana yang 'kecil', bisa mengalahkan yang 'besar'. Satu hal yang tidak banyak orang sadari adalah, sebuah fakta hasil kajian sejarawan, yang menemukan ternyata, kemampuan slingshot (sejenis ketapel) yang dimainkan oleh sejumlah orang pada masa itu, punya kemampuan untuk melubangi baju logam, bahkan pada masa perang, ada alat sejenis obeng untuk mencungkil batu yang menembus baju perang. Dan Daud, termasuk salah satu yang ahli di bidang ini. 

Kabarnya, Daud bisa menembak burung yang terbang ketika sedang menggembala. Bahkan sejarawan menemukan, bahwa kekuatan slingshot Daud, sama seperti pistol moderen kaliber 45, sebagaimana dijelaskan oleh Malcolm Gladwell melalui buku larisnya.

Sekarang bayangkan, seorang yang kecil tapi membawa pistol, berhadapan dengan seorang yang besar namun hanya membawa pedang, masihkah kita berpikir Jalut yang akan menang?

Daud, tidak "bermain" dengan cara Jalut "bermain" (duel jarak dekat), namun ia fokus dengan kekuatan yang dimiliki, dalam hal ini kemahirannya dalam slingshot, kemudian melawan Jalut dengan aturan mainnya.  

Prinsip yang sama berlaku pada semua hal, termasuk bisnis. Ringkasnya, sebagai tim kecil, kita harus mengeksplorasi apa yang bisa dilakukan, kemudian fokus pada hal tersebut. 

Bisnis skala UMKM, bisa melawan produk pabrikan besar, juga dengan filosofi yang sama. Merekrut SDM murah namun berbakat, bisa yang bekerja part time atau freshgradute, fokus pada sedikit produk namun bikin yang bagus, pilih media placement yang tepat dan optimalisasi, kemudian bangun budaya kekeluargaan agar punya tim kerja yang harmonis. 

Jika semua ini bisa dilakukan konsisten dalam jangka panjang, bukan tidak mungkin produk UMKM pun bisa mengalahkan produk-produk dari perusahaan besar.

Inilah formula sederhana untuk menjadi Giant Killer, yang pada kompetisi Moto GP 2020 kongkrit terbukti. Formula yang membuat saya sebagai 'tim hore garis kerasnya' Suzuki terbayar tuntas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun