Mohon tunggu...
Arif Rahman
Arif Rahman Mohon Tunggu... Wiraswasta - instagram : @studywithariffamily

Bekerja untuk program Educational Life. Penelitian saya selama beberapa tahun terakhir berpusat pada teknologi dan bisnis skala kecil. Creator Inc (Bentang Pustaka) dan Make Your Story Matter (Gramedia Pustaka) adalah buku yang mengupas soal marketing dan karir di era sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

UN dan Menakar Rancangan Ideal Kurikulum Pendidikan di Indonesia

13 Desember 2019   10:43 Diperbarui: 13 Desember 2019   16:31 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah siswa mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMA 1 Padang, Sumatera Barat, Senin (1/4/2019). Foto: ANTARA FOTO/IGGOY EL FITRA

Padahal, esensi mengajar itu adalah belajar, guru memberikan materi ajar untuk mengajar, bukan semata lulus tes, sehingga sibuk 'cari akal bulus' mengejar kelulusan.

Yang terjadi kemudian, kita punya generasi anak-anak muda yang terlatih untuk fokus pada ujian akhir, bukan pada proses. Dari sinilah hulu masalah yang kemudian menjalar ke mana-mana.

Pada akhirnya, tidak mampu menyelesaikan masalah bangsa ini, daya kompetisi yang rendah, enggak sabaran, tak gemar menabung, self defense yang terbatas bahkan kemandirian serta semangat juang yang naik turun, adalah buah dari keputusan kita untuk mendidik lahirnya generasi yang tidak memahami esensi proses.

Sialnya lagi, teknologi tiba-tiba seolah kesurupan, mendisrupsi habis-habisan berbagai bidang, dan merubah cara kerja dan model keberhasilan. Akses menjadi tak terbatas, kemungkinan dan peluang ada di mana-mana, pun demikian dengan resiko dan tanggung jawabnya. Semuanya tergantung pada siswa, sejauh mana mereka bisa mengelola diri dan karir agar terus berkembang.

Sementara di satu sisi, banyak generasi milenial yang tak percaya diri menghadapi revolusi industri yang kini tengah berlangsung. Survei Deloitte ke-7 yang dilakukan terhadap 10.455 responden kaum millenial dan 1.850 responden Gen Z di 36 negara mengungkapkan, 25 persen kaum millenial di Asia Tenggara belum siap menghadapi tantangan industri 4.0. 

Mereka pesimis menghadapi perubahan, dan ingin dunia bisnis membantu mereka mengembangkan keterampilan yang diperlukan agar berhasil. Kedua generasi ini juga menunjukkan penurunan tingkat loyalitas, ketidakpercayaan pada motivasi dan etika pebisnis masa kini, serta kecenderungan mereka pada gig economy.

Itu sebabnya, di lingkungan terdekat, kerap kita lihat, masih banyak anak-anak muda yang setelah menyelesaikan pendidikannya, baik kuliah ataupun SMA/SMK, mereka tidak punya rencana apa-apa untuk berbuat sesuatu, tidak dengan keinginan untuk bekerja, atau melanjutkan pendidikan ke level yang lebih tinggi. 

Kalaupun mereka bekerja, milihnya untuk kerjaan yang dirasa nyaman. Ketika mendapat sedikit tantangan kerja, dengan mudahnya mereka memutuskan resign.

Perubahan digital yang memicu lahirnya generasi milenial, ternyata tak diimbangi dengan sistem sekolah dan lembaga pendidikan yang mumpuni. Di level kampus, ada kasus ijasah palsu, yang melengkapi isu-isu lama lainnya seperti jual beli nilai atau dosen yang tidak kompeten. Belum lagi kurikulumnya yang jauh tertinggal. 

Di tingkat yang lebih bawah, ada konflik soal kurikulum 2013 VS KTSP 2006 yang tak kunjung kelar hingga hari ini. Lalu output seperti apa yang bisa dihasilkan dari proses pendidikan yang semrawut? Pantaskah jawabannya adalah generasi semrawut?

Mereformasi Manusia
Cara efektif untuk memulai sebuah perbaikan, adalah mencari benchmark. Ketika bicara pendidikan dalam sekala nasional, maka Finlandia adalah role model yang boleh kita jadikan rujukan. Di awal 90an, sebagaimana Indonesia, negara agraria yang serupa Indonesia ini juga mengalami krisis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun