Mohon tunggu...
Arif Rahman
Arif Rahman Mohon Tunggu... Wiraswasta - instagram : @studywithariffamily

Bekerja untuk program Educational Life. Penelitian saya selama beberapa tahun terakhir berpusat pada teknologi dan bisnis skala kecil. Creator Inc (Bentang Pustaka) dan Make Your Story Matter (Gramedia Pustaka) adalah buku yang mengupas soal marketing dan karir di era sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengelabui Demokrasi lewat Algoritma Media Sosial

11 Januari 2019   11:41 Diperbarui: 11 Januari 2019   13:00 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cara ini pula yang pernah di lakukan Scolari ketika membawa Brazil juara dunia, mengorbankan Jogo Bonito, bermain pragmatis yang penting menang dan menggegam piala.

Strategi untuk menang ini, nampaknya memang jadi lebih utama daripada bermain dengan cara yang baik dan benar. Toh saat ini, penonton juga senang, sekalipun permainan dianggap tak menghibur, namun fans gembira dengan hasil akhir.

Di percaturan politik, hal senada terjadi. Kubu patahana, yang selama ini dikenal 'main cantik', tak ragu mengadopsi cara lawannya yang agresif.

Dari penunjukan calon Wakil Presiden yang sarat nuasa politik identitas --satu hal yang dulu ditentang mereka- serta membangun pertahanan habis-habisan menampik serangan isu, yang yang benar, maupun yang keliru. 

freepik.com
freepik.com
Sementara penantang, tak kalah bergegas, cukup berhasil dengan konsisten membangun satu narasi-narasi baru untuk mendogma calon pemilih, yang memang di Indonesia, belum cukup dewasa.

Memanfaatkan kelemahan demokrasi sebagaimana di khawatirkan Socrates beradab silam, ketika ia menolak sistem pemerintahan ini.

Karena menurutnya, dengan memberikan hak politik (memilih) kepada masyarakat bawah, yang notabene tak mengerti politik, maka kualitas pemerintahannya tak cukup legitimasi. 

Dan betul saja, saat ini, dengan mudahnya uang digunakan untuk membangun persepsi, di masyarakat bawah, pilihan bisa tergantung berapa amplop atau baju kaos yang mereka dapatkan, bukan berdasar siapa calon yang menurut hati nurani mereka benar. 

Socrates meminta demokrasi di buang, dan mengadopsi aristokrasi, yang sayangnya, paham ini juga menjadi tirani dalam sejarah.

Dan sekarang ini, bukan politik uang saja yang juga berperan, tapi juga berita bohong, yang diproduksi untuk mendulang suara. Di kelompok masyarakat kebanyakan, berita bohong bisa berarti benar, tak perlu jurus sakti ilmu copywriting tingkat dewa.

Cukup dengan menyelipkan satu-dua hal yang mengutak atik emosi, dan ketika emosi memuncak, maka logika menurun, dan yang bohong pun, menjadi benar dan layak dipercaya.

'Dikelabui' Algoritma
Apalagi dengan sistem kerja (algoritma) sosial media saat ini, dimana kesamaan minat, akan diklasifikasikan pada kelompok yang sama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun