Mohon tunggu...
Arif Patrialis
Arif Patrialis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Film dan Televisi UPI

Manusia pendiam di dunia nyata.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membekukan Waktu, Menghayati Ruang dalam Bandung Photography Month

26 Oktober 2021   05:50 Diperbarui: 26 Oktober 2021   06:08 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bicara mengenai fotografi, pasti akan erat kaitannya dengan entitas manusia itu sendiri. Fotografi dapat menangkap sebuah realitas dengan bantuan cahaya yang menjadikan suatu karya yang nyata. Seperti definisi fotografi itu sendiri yang berarti suatu seni menangkap cahaya atau bisa juga disebut seni melukis cahaya.

Pameran Bandung Photography Month yang diselenggarakan di Pasar Antik Cikapundung Lt. 3, konsep fotografi sebagai sebuah media menangkap sebuah peristiwa, dikemas dengan baik dalam Judul "Relation: Membekukan Waktu, Menghayati Ruang". Menurut kurator pameran tersebut, Ali Mecca, secara garis besar tema tersebut diangkat berdasarkan cara manusia tersebut hidup, bergerak, berpikir, serta menyatakan eksistensinya di dalam sebuah ruang. Dengan ruang tersebutlah yang mejadikan pengalaman manusia itu dapat terbentuk. Serta dalam ruang juga manusia dapat behubungan dengan sesama manusia, benda-benda, ataupun objek-objek lainnya. Maka dari itu, ruang dan manusia tidak dapat dipisahkan, baik secara fisik, psikologis, ataupun emosional. Bahkan setelah manusia matipun bisa jadi akan selalu merasa di dalam ruang, mesti tataran dimensionalnya berbeda.

"Bapak" karya milik Fauzan Azhimi

"Amor Fati" karya milik Nadya Arlena Nirwasita

Dalam Bandung Photography Month, terdapat puluhan karya yang dihadirkan. Karya-karya tersebut menyajikan beragam narasi fotografi tentang relasi manusia itu sendiri dengan ruang. Dari puluhan karya tersebut, beberapa berhasil mencuri perhatian berdasarkan makna ataupun konteks emosi visual.

"Rumahku" krya milik Laudya Hasana Zahra

"Soledad" karya milik Feynardi Halim

Seperti karya dari Fauzan Azhimi yang bernarasi tentang sosok ayah yang "dirumahkan" akibat dari pandemi, sehingga dapat memilki waktu yang cukup intens untuk terlibat dengan tugas domestik sebagai penyiar Radio Republik Indonesia (RRI) di Surabaya. Karya lainnya yaitu milik Nadya Arlena Nirwasita yang menceritakan tentang kamarnya sebagai bagian identitas dirinya yang utuh. Selain itu juga, yang tidak kalah menariknya yaitu karya milik Laudya Hasana Zahra yang bernarasi tentang rumah sebagai tempat terciptanya rasa aman dan nyaman. Serta karya dari Feynardi Halim yang berjudul "Soledad" menceritakan fotografi sebagai  proses beradaptasi selama pandeli dan hal-hal yang Ia rindukan selama berada di rumah.

Di dalam pameran Bandung Photography Month ini, secara tidak langsung mengajak kita untuk menghayati ruang domestik, memaknai ulang bagaimana hubungan kita dengan lingkungan sekitar. Selain itu, keberadaan pameran ini yang diselenggarakan di tengah pasar, menjadikan keterhubungan antara narasi di dalam karya foto dengan ruang pameran yang berada di sebuah tempat  yang sejatinya merupakan ruang publik untuk keberlangsungan berbagai interaksi sosial serta aktivitas ekonomi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun