Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gerimis Tanpa Angin, Bungur, dan Ilmu dalam Dada

1 April 2021   06:50 Diperbarui: 1 April 2021   07:29 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertanianku Mengenal Tanaman Bungur Kecil - Artikel Pertanian Terbaru | Sumber: pertanianku.com

Gerimis Tanpa Angin, Bungur, dan Ilmu dalam Dada

Orang pasti mengira jika tak ada angin,
Hujan gerimis akan akan bertahan sangat lama

Seperti ketika kita menduga,
Bahwa dari mulut manis
Banyak pujian mengalir kepadanya
Apalagi jika sudah berkata
Dalam petuah merasa serba bisa
Serba tahu
Dan mengaku aku

Ilmu baginya adalah teko
Yang keluar dan gelas yang siap menanai
Apa saja
Dalam kepalanya adalah segala yang benar
Segala yang datang tanpa ikhtiar

Kadang lupa dalam pengertiannya
Ilmu bersarang dalam dada
Dikira apa yang meluncur dari lidah
Itulah tabiat keilmuan
Padahal salah besar

Seperti pohon bungur, hanya berbunga jika waktunya tiba
Daunnya rimbun dan lebat
Sebagian orang suka berteduh di bawahnya
Saat terik membakar kepalanya
Saat kering sebagian isi hatinya

Kealpaan tentang buah adalah hasil dari pertumbuhan dan perkembangan
Manis dinikmati
Dengan mulut dikecap
Kenyang lalu menambah tenanga
Jika hanya bunga, adalah mata menikmati
Kedipan datang dan pergi
Bunga kemudian jatuh
Tak mengenyangkan sama sekali
Keberhasilannya, menceritakan kembali
Itulah kebanggaannya
Tak ada manfaat yang dipetik

Ia lupa hanya buah bungur kebanggaannya
Padahal singkong tanpa bunga
Mampu jadi makanan pokok
Mengenyangkan dan banyak olahan
Kemanfaatannya
Baginya tak terlihat, tak pernah menyimak

Seperti hujan gerimis yang tak ada angin bertiup
Lalu buah bungur berbunga, kadang-kadang
Kita hanya diminta berpikir
Membandingkan,
Singkok atau bungur,
Yang mengenyangkan?

Perdebatan itulah waktu selesai dihabiskan
Kejadian berulang
Dan terus berulang
Sementara telinga pendengar hapal
Sebagian menjadi air liur membasahi lidahnya
Bercerita hal yang sama
Hanya itulah yang ia bisa

Dari hari ke hari
Dadanya kering oleh habisnya air
Kerena liurnya lelah selalu bercerita

Padahal gurunya sering berkata,
Ilmu itu adalah apa yang sudah tertanam dalam dada
Sayangnya hanya dianggap sepele
Dan sia-sia

Tb, 1 April 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun