Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rumah dengan Kamar Berserak

31 Maret 2021   08:08 Diperbarui: 31 Maret 2021   08:37 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumah dengan Kamar Berserak

Bukan miliknya, mereka hanya tinggal sementara
Sangat sebentar tak melanggar pekan
Bahkan hanya 24 jam lebih sedikit
Namun telah meubah kamar
Termasuk penghuninya
Apa yang ada di mata dan hatinya

Di mula dari sebuah keluarga,
Sepasang suami isteri
Mampir sebentar untuk meringankan langkahnya
Dalam sakit tak terkira
Dalam penantian sembuh belum tau waktunya
Usahanya, hanya bertahan
Dalam kesabaran
Kadang tangis meledak menahan penderitaan
Permintaan satu-satunya
Kapan derita sirna
Ia adalah penghuni kamar belakang,
Lengkap dengan peralatan dapur

Saat berita tentang kekayaannya tersebar
Dari mulut ke mulut
Ia mencoba menjejalkan kebanggaannya
Dari lantai 10 hotel berbintang
Berita duka
Isteri tercinta menghembuskan napas terakhirnya
Malam pun berubah riuh
Satu-persatu, murid si mahaguru (katanya) datang menjadi pelayan dan peziarah setia
Lengkap dengan peralatan yang dibutuhkan lainnya
Bendera hijau jadi penanda
Keluarga ini menjadi penghuni selanjutnya
Kamar masih terisa

Seorang kakak dari si mahaguru (katanya), datang memenuhi panggilan
Ia hanya bertahan dari sengsaranya kehidupan
Beberapa bulan lalu, isteri teecinta tak berpulang
Setelah sakit begitu lama
Ia tersisih, dengan logika dan nalarnya
Saudara-saudara memusuhinya
Ingin mengangkat derajat dan bergabung dalam pembelajaran
Sang kakak tak bisa terima
Selimut hitam dengan karat setebal gunung
Menjadi tameng panah menenbus sanubarinya

Dalam sebuah percakapan, sebelum huru-hara datang, "Coba sekali saja berubah. Rejekimu akan kami tambah. Dan kau tinggal pasrah."

Ia menjawab, "Katanya ia tak sependapat Rejeki harus dicari, dengan waktu dan perhitungan matang. Aku telah membuktikan." Cerita itu disampaikan ke aku

Sementara aku menimbang-nimbang, di mana letak kesalahan
Ia terus saja mencari dalih, masing-masing merasa benar
Dengan pengetahuan dan nalar
Terus saja aku menunduk,
Terus saja aku merenung
Padahal langit di kepalaku berisi kabut tebal
Tentang nyeri hebat
Dan masih diderita
Aku hanya berharap segera sirnya
Mengikuti si kaya raya
Atau mengambil alternatif seperti si kakak
Keduanya sungguh menjadi luka

Tiga kamar menjadi pasar
Pembeli dan penjual saling bertransaksi
Sakit yang minta diobati
Mayat diurus lalu dikebumikan
Serta si kakak yang dipaksa melepas dagangannya

Kesulitan datang, yang lain ingin melepaskan
Derita sakit, yang lain ingin menyembuhkan
Dan, mayat yang segera ditanam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun