Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku yang Terdiam Membisu

26 Maret 2021   01:16 Diperbarui: 26 Maret 2021   01:26 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku yang Terdiam Membisu

Ibarat segenggam beras tersisa, setelah berminggu ia cari kemana-mana. Lelah tak terkira, lapar jangan ditanya

Dari mulut saudara, satu persatu, kakak tertua hingga si bungsu yang teramat jaya. Ada yang membawakan api dan nyalanya, tungku bersih siap guna, air perebus lengkap dengan alat minumnya

Teh, kopi, susu, aneka sarirasa pada baki besar di depan mata. Ia duduk mengamati, menggamit asa yang sejak kemarin siang serasa hilang

Malam ini lahir kembali, tungku akan siap menanak nasi lengkap dengan menu jadi inspirasi

Tergoda janji manis,
Aku geleng-geleng kepala
Semudah itukah?
Padahal sekian lama tanganku menggaruk-garuk tanah
Kuku kian panjang, kotor menghitam
Hanya ingin agar rumput tak lagi tumbuh
Semak tak menggangu nikmat

Aku salah satu dari penonton yang mengamati adegan ini hanya berpikir, saat mulut itu kembali menyuap di tempat lain. Sibuk dengan anak dan peranakan, bagaimana jika penggamit asa kembali sirna

Sungguh tak ada jaminan teriakannya terdengar lagi
Keluh kesah aku dengar sendiri
Sampai detik ini masih tersembunyi dari mereka
Yang ia tahu, nanti bakal pulih seperti sediakala

Sambil meneteskan air mata,
Hanya aku yang tahu
Sangat aku tahan
Aku tak ingin derita kami tampil ke permukaan

Inilah sebuah kesalahan!

Jika sekali menatap
Tembus pandang, yang terlihat hanya permukaan
Jika berkali-kali menatap
Kau akan tahu, ada sekian banyak ranting dan semak
Lengkap dengan duri yang siap menyakiti dan membuat sesak

Sungguh tak ada jaminan teriakannya terdengar lagi
Keluh kesah akan aku dengar sendiri

Aku harus bagaimana?
Menjelaskan secara detail sepertinya akan sia-sia
Cara pandang
Cara memandang
Cara menganggap gampang
Cara mendapatkan keajaiban
Bagai siang dan malam

Jika aku diam saja
Ini juga sebuah kesalahan!

Segenggam beras jelas tak sama dengan segudang gabah kering

Seperti musim panen, harusnya burung pipit pun sempat berpesta
Nyatanya ia juga menahan lapar karena kebanjiran

Walau aku bukan bagian dari mereka, aku adalah pendamping pelaku utama
Hari-hari bersentuhan dengan airmatanya

Aku harus bagaimana?
Jika aku diam
Jelas sebuah kesalahan!

Sementara aku berpikir keras
Satu persatu saudara-saudaranya berlalu
Aku kini sendiri
Terdiam dan membisu

Tb, 26 Maret 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun