Di Bawah Tenda Warung Kopi Menjelang Siang
Pagi hari
Langit cerah
Tiba-tiba turun hujan
Warung kopi di pinggir jalan
Tempat mangkir orang-orang pinggiran
Ia tak mengenal hujan
Mantel di tangan
Sebagian menutup badan
Lebih banyak basah dari pada yang tersimpan
Secangkir kopi hangat
Musik dangdut penggiring sedap
Mengepul, menyelimuti telinga yang mulai tumpul
Dari harga beras sanggul
Walau berat tetap dipikul
Nasi bungkus berjejer
Siap mengganjal mulut njeber
Setelah semalaman otot-ototan soal sawah didempul
Burung gereja loncat-loncatan
Mengambil sisa
Apa saja asal bisa mengganjal perut mereka
Suara cit-cit tandanya suka
Memanggil teman-temannya
Lalu, hujan berlalu
Kendaraan mulai bergerak laju
Basah kuyup tak berlaku
Mengejar arah yang dituju
Kau dan aku
Kita telah lama di situ, dahulu
Lalu lupa
Moda baru, luruskan jalan berliku
Kopi di cangkir punya istilah baru
Diiringi lagu yang tak lagi merdu
Di bawah tenda
Semua serba biasa
Lempar senyum dari arah mana saja
Yang penting saling menyapa
Walau tak saling kenal tak mengapa
Dan warung kopi
Sajiannya tak pernah berubah sama sekali
Selalu pahit dan hitam
Di tempat ini ada rindu diperam
Pulang kampung
Atau melanjutkan kehidupan