Pegagan, Krokot, dan Teki di Pekarangan
Kota-kota merupa selembar pekarangan
Krokot, teki, lumut, pegagan tumbuh di antaranya
Gulma lain melengkapi tersisih atau dicabuti
Seperti ideologi, identitas, kreatifitas, lengkap dengan duka dan tawa selang-seling mengisi hari-harinya
Kecepatan tumbuh menentukan permukaan, menutup tanah dan tanaman lainnya
Saat teki menjulang, krokot tenggelam, apalagi pedagagan
Belum lagi ulat, semut, beserta rekan-rekannya memangsa krokot dan pegagan
Selembar demi selembar daunnya jadi sumpal mulut, tidak saja untuk mengenyangkan tapi juga memuaskan
Pegagan berperan sebagai ideologi, krokot wujud kreatifitas, sementara teki adalah identitas
Air hujan yang jadi sumber penghidupan, kadang mampu menenggelamkan
Saat hujan datang deras pekarangan terendam
Tak lama kemudian air mengalir menuju resapan di pojok pekarangan
Maka krokot, pegagan, dan teki tumbuh sesuai perkembangan zaman
Saat penguasa membabi buta datang membawa herbisida
Menyiram pekarangan merata
Serempak membunuh semuanya
Tanah menjadi lengang, tak ada kehidupan menungu racun musnah tersiram hujan
Lalu, perlahan-lahan benih pun tumbuh lagi
Pekarangan memulai kehidupan baru lagi
Hanya dibutuhkan tangan welas asih melakukan perawatan
Menjaga aneka tanaman di pekarangan
Kita berada di tengah-tengahnya, berperan jadi salah satu penghuninya
Seperti krokot, pegagan, dan teki peran sesuai jati diri
Tb, 13 Maret 2021