Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Saya Menjadi Orang Pedalaman

13 Januari 2021   20:31 Diperbarui: 13 Januari 2021   20:59 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Viral Mal di Surabaya Ramai, Ini Toko yang Dibolehkan Buka oleh ... urbanasia.com

Bersama tempat ada budaya yang diusung. Dimana bumi dipijak di sana langit dijunjung tentu tak berlebihan.

Aku jadi teringat mengapa kadal gurun lebih mengerikan dan berbisa dari pada kadal biasa. Demikian juga teriakan nyaring dan kasar penduduk wilayah pantai dibandingkan penduduk pegunungan.

Tak juga berbeda tentunya manakala orang kota merasa begitu kental dengan modern sementara warga pedalaman terkesan kolot dan jadul.

Pernah suatu ketika, dalam sebuah perjalanan ke Surabaya di depan pintu mall besar (biar tak usah saya sebutkan namanya, red) saya tercengang dengan gadis-gadis cantik tersenyum sangat manis sambil berkata, "Silakan dicoba, Pak. Ini pasti nikmat dan menggugah selera."

Es krim ternyata! Selama ini aku hanya mengenal es tong tong, es yang dipotong. Sempat tahu bagaimana membuatnya karena tetangga saya dahulu berjualan es ini. Ketika azan subuh berkumandang maka terdengarlah glodak gladuk secara periodik.

Mulanya saya kira itu suara mesin otomatis. Tak mengenal dinginnya pagi, tak mengenal hujan. Selalu saja berbunyi. Begitu saya dekati ternyata tetangga yang membuat es tong tong. Persis es krim.

Ingatan akan tetangga dengan es tong tongnya menggugah selera untuk sekedar mencicipi es krim tersebut.

Begitu saya mendekat, disambut senyum merekah. Baju seragam putih merah se paha. Kayaknya mulus memang, tapi hanya sekelabat saya melihat. Takut dikira kemaruk paha, padahal di pedamalan tempatku tinggal paha berhamburan. Ha ha ha ha

"Rasa yang mana, Pak?"

Suara itu mengagetkan saya. Biasanya yang suka dengan es krim kan anak-anak pikir saya. Tapi biarlah dianggap anak-anak juga yang penting tahu rasanya es tong tong modern.

Berjejer cup dari ukuran kecil hingga yang paling besar, sebesar mangkok. Sementara yang paling kecil persis sebesar gelas ukuran sloki. Hanya mencicipi, makanya aku pilih ukuran paling kecil. Yang penting merasakan nikmatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun