Sampai saya hampir lupa bagaimana rasanya telur dadar dan telur rebus. Ha ha ha... Bukan tidak mampu membeli, tapi karena bagi saya ikan lebih nikmat dibanding telur. Ya, kalau mau makan telur, makan saja telur-telur ikan tersebut. Habis perkara!
Pada waktu pulang mancing, kebetulan kendaraan saya minyaknya habis, jadi terpaksa didorong sampai ke tempat orang jual minyak.
Nah, begitu diperjalanan hidung mencium aroma ikan dibakar. Air liur saya mencair, seperti merasa kecut. Dalam hati berkata, alangkah nikmatnya jika ikan yang saya dapat ini juga dibakar nanti begitu sampai di rumah.
Tapi kan ikan brek ini kecil-kecil, pasti banyak tulangnya. Saya jadi teringat dahulu ketika masih kecil. Ibu pernah menyajikan ikan dibakar, kemudian diuleg dengan cabe. Tempe bakar, tahu bakar sampai dengan parutan kelapa diuleg dengan sambel. Ngiler rasanya jika mengingat menu itu.
Maka ketika sampai di rumah, tidak menunggu ikan layu. Sepertinya ikan segar akan jauh nikmatnya jika dibakar langsung. Ikan langsung saya keluarkan dari tempatnya. Dibersihkan, potong kepala dan ekornya.
Dicuci bersih lalu dimasukkan dalam teplon, kompor dinyalakan tak berapa lama matenglah ikan. Tinggal dibalik saja kemudian angkat.
Sambil menunggu ikan matang sambil membereskan tempat pancing dan perlengkapannya.
Selanjutnya, cabe, bawang merah. bawang putih, garam, kencur, dan penyedap rasa masukkan dalam blender. Setelah dicuci tentunya. Biar begini-begini tetap mengerti kebersihan lho. Jangan dikira orang pedalam tak tahu mencuci bumbu kalau mau masuk ke dalam blender.
Seberapa banyak sih bawang merah, cabe, bawang putih, garam, dan lainnya. Bagi saya kira-kira saja. Yang penting cabenya harus banyak biar pedasnya poll. Pedas level setan pastinya.