Mohon tunggu...
Arif Muhammad
Arif Muhammad Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menulislah untuk keabadian

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Sungkeman, Aktivitas Wajib di Hari Lebaran, Warisan Budaya Bangsa Sarat Makna

14 Juni 2018   22:15 Diperbarui: 14 Juni 2018   22:31 1816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Credit Image : siagaindonesia.com

Sejauh yang saa tahu, selepas melaksanakan Idul Fitri, kemudian dilanjutkan dengan makan bersama dan setelah itu selesai. Tidak ada prosesi bermaaf-maafan seperti di tempat kita. Oleh karena itu secara harfiah arti Idul Fitri  adalah hari raya makanan, bukan hari yang kembali kepada kesucian seperti yang kita tahu selama ini.

Mungkin hanya di Malaysia dan Brunei yang juga mempunyai tradisi yang mirip dengan sungkeman, karena selain berasal dari satu ras yang sama yakni Melayu,  serta sama-sama beragama Islam, juga masih mempunyai budaya yang tidak jauh  berbeda (sekali lagi bila saya keliru mohon dikoreksi).

Tradisi sungkeman dan saling memaafkan yang ada di Indonesia merupakan ide atau dalam bahasa agamanya ijtihad para ulama-ulama kita terdahulu. Daripada setelah Idul Fitri tidak ada kegiatan yang bermanfaat dan berlalu begitu saja, diusulkan untuk saling bersilaturahmi satu sama lain dan saling memaafkan. Saling menunjungi, menengok dan menegur sapa.

Hal tersebut dianggap lebih baik daripada tidak melakukan apapun selepas sholat Ied. Bukankan di Islam juga diwajibkan untuk saling menyambung tali silaturahmi bukan? Dan dengan menyambung silaturahmi itu juga memanjangkan usia dan semakin membuka pintu rezeki.      

Sungguh bagi saya ulama-ulama kita yang terdahulu adalah benar-benar orang yang 'alim, bijak dan juga cerdas. Karena mampu membawa Islam yang awalnya asing bagi masyarakat kita saat itu, menjadi Islam yang benar-benar mendarah daging, menyatu dengan kehidupan masyarakat Indonesia hingga saat ini.

Kembali pada sungkeman. Sebagai menjadi suatu aktivitas wajib di Idul Fitiri alias menu utama di samping ketupat dan opor ayam, kita sebagia orang jaman now, saya kira wajib untuk terus memelihara tradisi yang sarat makna ini.

Apalagi di tengah badai modernisasi hampir di semua lini kehidupan, yang salah satunya memudahkan orang-orang yang jauh untuk saling berkomunikasi bahkan bisa melihat wajah masing-masing (video call) seakan-akan saling bertatap muka.

Sehingga ada kekhawatiran apabila muncul pemikiran seperti ini. Untuk apa capek-capek pulang kampung demi bertemu orang tua dan keluarga, bila itu bisa dilakukan dengan layar kotak yang kita sebut dengan smartphone?

Semoga saja, kita dan semua orang tidak berpikir demikian. Cukup saya saja yang berpikir demikian dan menjadi khawatir akan pemikiran sendiri. Dan bagi yang membaca tulisan saya, tolong abaikan pikiran saya tersebut dan anggaplah angin lalu. Saya harap sungkeman akan terus ada hingga anak cucu kita nanti.

Semoga kita berjumpa di Ramadhan di waktu yang akan datang, dan semoga di hari lebaran ini kita bisa menjadi orang yang lebih baik, orang yang lebih lembut dan memiliki hati penuh dengan kasih sayang antar sesama.

Taqobballahuminnaa wa minkum, taqqobbal yaa kariim....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun