Mohon tunggu...
Arif Mubarok
Arif Mubarok Mohon Tunggu... Dosen - Assalamualaikum

Mahasiswa Program Magister Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2016

Selanjutnya

Tutup

Money

Stabilitas Nilai Tukar Rupiah adalah Tanggungjawab Bersama

24 Februari 2017   00:40 Diperbarui: 24 Februari 2017   00:55 2568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Banyak masyarakat yang tidak memahami penyebab melemahnya nilai tukar rupiah, padahal dengan memahami penyebabnya kita sebagai warga negara dapat turut berperan serta untuk menguatkan nilai tukar rupiah, dan sudah seharusnya sebagai warga negara turut andil dalam perbaikan Negara. Secara tidak langsung melemahnya nilai tukar rupiah mempengaruhi semua kalangan masyarakat baik yang kaya, menengah bahkan miskin. Jadi tidak ada alasan untuk merasa tidak ada tanggungjawab atas permasalahan tersebut.

Nilai tukar sebuah mata uang ditentukan oleh relasi penawaran-permintaan (supply-demand) atas mata uang tersebut. Hal sederhana yang dapat menyebabkan nilai tukar Rupiah melemah atau menguat adalah kegiatan ekspor dan impor.

Kegiatan ekspor dan impor memang bisa berdampak pada nilai tukar mata uang. Ekspor akan meningkatkan permintaan atas mata uang Negara eksportir, karena dalam ekspor terjadi pertukaran mata uang Negara tujuan dengan mata uang Negara eksportir. Dengan adanya kegiatan ekspor di Indonesia akan meningkatkan permintaan atas mata uang Rupiah. Semakin banyak permintaan atas Rupiah maka nilai mata uang Rupiah akan menguat.

Sebaliknya, impor meningkatkan penawaran atas mata uang Negara importir, karena dalam impor terjadi pertukaran mata uang Negara importir dengan mata uang Negara asal. Kegiatan impor di Indonesia sudah terlalu besar dan melebihi jumlah ekspor, sehingga kegiatan impor telah melemahkan nilai rupiah.

Ketika nilai tukar sebuah mata uang melemah, maka akan berdampak pada harga komoditi impor, baik yang menjadi obyek konsumsi maupun alat produksi (bahan baku dan barang modal). Harga komoditi impor dipatok dengan mata uang Negara asal, jika nilai mata uang Negara tujuan jatuh, harga komoditi impor akan naik. Sebagai contoh, apabila nilai tukar rupiah jatuh sebesar 10% dari 1 US$ yang bernilai Rp 13.000 akan menjadi 1 US$ senilai dengan Rp 14.300, maka harga komoditi impor juga akan mengalami kenaikan sebasar 10%. Sebagai contoh lagi, suatu alat produksi berupa mesin tambang sebelum rupiah melemah harganya adalah 500 juta rupiah, namun ketika rupiah melemah sebesar 10% maka harga mesin tersebut pun akan berubah menjadi 550 juta rupiah. Melemahnya nilai tukar rupiah walau tergolong kecil akan sangat terasa dampaknya jika disandingkan dengan nominal yang besar.

Dari dampak yang ada, jelas seluruh masyarakat akan merasakannya, pengusaha yang membutuhkan pasokan bahan baku dari luar negeri, kebutuhan pokok yang harus di impor dan melemahnya nilai tukar rupiah juga akan berpengaruh pada minat investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.

Namun ada juga yang mendapatkan keuntungan jika nilai mata uang melemah, yakni mereka yang berkepentingan pada sektor ekspor. Namun, tidak berarti semua sektor ekspor Indonesia untung, hanya ekspor produk dalam negeri dan barang-barang yang bahan bakunya berasal dari dalam negeri. Sedangkan komoditi ekspor yang ditopang oleh bahan baku impor tidak akan merasakan keuntungannya, bahkan akan merasakan dampak negatif. Karena keuntungan yang didapat dari kenaikan harga barang ekspor itu “dibatalkan” oleh harga bahan baku impornya yang mahal.

Dengan adanya dampak tersebut, setiap kalangan masyarakat Indonesia memiliki andil untuk menjaga nilai tukar Rupiah. Semua akan saling berkaitan dan memberikan dampak, sehingga tidak ada lagi alasan bagi seseorang untuk acuh terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Cara yang mudah untuk membantu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah adalah dengan mulai mengkonsumsi produk asli buatan Indonesia. Bagi masyarakat yang memiliki dana lebih dapat berinvestasi pada sektor dalam negeri untuk menggerakkan sektor industri yang ada Indonesia.

Untuk pemerintah, mulailah mengurangi impor untuk barang-barang yang masih bisa diproduksi oleh dalam negeri. Kalaupun kebijakan impor harus dijalankan, lakukanlah seminimal mungkin hanya pada saat keadaan terdesak. Selain itu pemerintah bisa mensupport industri-industri dalam negeri untuk turut berperan pada sektor impor untuk mendongkrak nilai tukar rupiah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun