Ada yang bilang bahwa bertukang adalah bakat. Ada yang bilang bahwa bertukang adalah keterampilan. Bahkan ada yang mengatakan bahwa bertukang adalah seni. Dan saya percaya akan ketiganya.
Percaya ataupun tidak, bakat itu ada. Bahkan dalam hal bertukang. Setidaknya itu yang saya lihat dari adik saya semenjak kecil. Adik saya adalah tipe orang yang mau memperbaiki dan memang bisa memperbaiki mainan yang dia rusakkan sendiri. Berbeda dengan saya yang lebih memilih untuk merawat mainan dengan baik karena sudah tahu tidak bisa memperbaikinya.
Sebagai sebuah keterampilan, mungkin ini yang paling banyak diyakini orang. Bertukang, adalah keterampilan yang semakin sering diasah maka penggunanya akan semakin mahir. Dan memang itu yang berlaku untuk tukang-tukang yang menggunakan keahlian bertukangnya untuk mata pencaharian.
Dan sebagai seni, saya paling suka batasan atau definisi tukang dari sisi seni. Alasan utamanya tentu saja, karena seni itu tidak ada batasan. Bahkan hal paling tidak berseni menurut kebanyakana orang, boleh tetap dianggap seni oleh orang yang lain. Dalam  bahasa sederahana, saya lebih suka tukan dari sisi seni karena saya tidak berbakat dan tidak terampil. Setidaknya sampai dengan tulisan ini dibuat.
Betapa tak terampil bertukang pun tak apa
Jam dinding yang ada di rumah sampai hanya diletakkan di rak buku karena tidak bisa memasangnya. Pernah saya mencoba memaku dinding untuk memasang jam tersebut. Namun karena keras dan justru dindingnya pecah, akhirnya jam dinding dibiarkan menggeletak begitu saja di atas rak buku.
Pun dengan gantungan baju. Karena tak bisa memasang paku, akhirnya gantungan yang dipilih adalah gantungan yang direkatkan ke tembok menggunakan lem.
Untuk kedua kasus tersebut, sebenarnya bisa memakai bor. Tetapi karena tidak memiliki bor dan tidak bisa menggunakannya, jadilah kondisinya seperti itu adanya. Dan sejauh ini, kondisi tersebut tidak memberikan dampak apa apa. Aku masih baik baik saja dengan jam dinding yang di rak buku. Pun juga tak masalah dengan gantungan baju yang direkatkan.
Pelajaran pertama, tidak bisa keterampilan tukangpun ternyata tidak berpengaruh apa-apa.
Hanya karena tidak berpengaruh apa-apa, bukan berarti saya tidak pernah belajar dan mencoba. Bukan berarti saya tidak memiliki peralatan pertukangan. Sampai sekarang, tongkat untuk mengganti lampu adalah salah satu alat terbaik yang saya miliki. Mungkin aneh memasukkan tongkat pengganti lampu ke dalam katagori alat pertukangan. Tapi bagiku, tetap saja bisa dimasukkan. Toh saya bisa menyebut diriku tukang ganti lampu saat menggunakan alat tersebut.
Dan entah kenapa, ada kepuasan saat berhasil mengganti lampu. Bisa karena efek penggantian lampu yang bisa dirasakan segera. Bisa juga karena ada semacam rasa puas menjadi solusi atas peroalan yang terjadi. Kepuasan yang sama ketika berhasil menyusun rak sepatu hasil beli di marketplace. Hanya menyusun sesuatu yang sudah ada petunjuk dan alatnya aja sudah sebegitu menyenangkannya.