Dengan produksi bawang merah lebih dari 300 ribu ton per tahun, Brebes menempat urutan pertama produsen bawang merah terbesar di Indonesia. Brebes menyumbang lebih dari 26% total produksi nasional. Angka yang cukup besar untuk komoditas yang kebanyakan masih diolah dan diatur secara tradisional. Angka yang cukup besar untuk komoditas yang beberapa tahun belakangan merupakan salah satu penyumbang inflasi.
Kombinasi yang membuat transaksi dengan nilai tinggi bahkan sampai ke daerah-daerah persawahan paling pelosok sekalipun. Disamping produksi serta kebutuhan terhadap bawang merah yang tinggi, harga yang berfluktuasi bisa dikatakan keuntungan besar oleh sentra-sentra produksi.
Keuntungan  yang besar adalah uang yang besar. Dan uang yang besar adalah kekayaan yang besar pula. Dan memang, Brebes adalah kabupaten yang pedagang bawangnya cukup kaya atau bahkan kaya sekali. Setidaknya dari parameter kepemegangan uang dan kendaraan.
Rumah-rumah mereka besar dengan gudang-gudang penyimpanan bawang yang tidak kalah besarnya. Bahkan terkadang gudang penyimpanan bawang jauh lebih besar dibandingkan rumah tempat tinggalnya. Parameter kekayaan yang jelas-jelas dapat dilihat.
Namun ada beberapa hal yang membuat kekayaan pedagang/juragan-juragan besar ini tidak terlihat. Mereka turun ke persawahan dan atau lapak penjualan bawang dengan penampilan yang tidak ada bedanya dengan petani atau pedagang lain. Mereka melakukan negosiasi dengan petani seperti pedagang pada umumnya. Yang membedakan adalah, ketika transaksi jadi, mereka mengeluarkan uang yang dibawa dari kantong kresek dengan jumlah ratusan juga rupiah. Uang sebanyak itu dibawa kemana-mana hanya dengan wadah kresek hitam seperti yang kita dapatkan ketika membeli bahan-bahan masak dari dapur.
Tidak semua juragan yang turun sampai ke persawahan. Terkadang tugas tersebut didelegasikan ke orang kepercayaan. Dan sama saja, orang kepercayaannya pun juga menaruh puluhan juga di bagasi motor miliknya. Nilai uang yang lebih tinggi dari harga motornya tentu saja.
Petani masih banyak yang belum memiliki rekening bank. Dan karenanya, urusan yang berkaitan dengan uang dengan petani, harus diselesaikan dengan kontan dan segera. Ada uang ada barang. Negosiasi harga tak kunjung usai, biar dinego sama pedagang/pembeli yang lain.
Biaya sortasi, preparasi, dan bongkar muat yang bernilai ratusan ribu hingga jutaan cukup diambilkan dari saku celana sang juragan. Untuk beberapa kali uangnya telah dikeluarkan, untuk beberapa kali pula tidak tampak dompetnya juga dikeluarkan.
Mereka adalah orang-orang kaya yang berbicara dengan logat ngapak khas Jawa Tengah bagian barat. Mereka adalah orang-orang kaya yang tetap mau bekerja keras sampai segalanya beres. Dan mereka adalah orang-orang kaya dengan penampilan sederhana yang mungkin juga tidak berdompet.