Mohon tunggu...
Arif Meftah Hidayat
Arif Meftah Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Buruh Pabrik

Dengan atau tanpa saya menulis, dunia juga tidak akan berubah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Serba Sepuluh Ribu

3 September 2018   17:24 Diperbarui: 3 September 2018   17:53 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Warung makan yang cukup wah untuk kaum menengah kebawah. Luas, bersih, memiliki menu yang lengkap, serta murah. Dan yang paling penting untuk orang-orang yang berfilosofi makan adalah soal kenyang, nasi diambil secara prasmanan. Artinya seberapapun banyak nasi yang diambil tidak berpengaruh terhadap harga yang harus dibayarkan.

Hening tidak datang pada siang itu. Ribut pun tidak terlalu. Hanya sedikit tanya dari Bapak-Bapak paruh baya yang kebetulan makan di warung itu. Ada penasaran yang muncul ketika makannya yang hanya sedikit dengan lauk tahu tempe ternyata lebih mahal daripada temannya yang makan banyak dengan lauk ayam goreng.

"Pasti Mbaknya salah hitung! Bagaimana bisa aku yang makan dengan lauk tahu tempe lebih mahal daripada dia yang makan dengan lauk ayam goreng. Semuanya memang sudah ada harganya atau memang hanya kira-kira?"

"Benar Pak, Bapak habis lima belas ribu sementara teman Bapak habis sepuluh ribu", jawab petugas kasir dengan santai.

"Bagaimana bisa? Jangan-jangan ayamnya ayam .......", belum sempat habis kalimatnya temannya menariknya kebelakang.

"Sudah-sudah! Malu dengan uang hanya lima belas ribu", temannya mencoba menenangkan.

"Bukan masalah sepuluh ribu, lima belas ribu, atau bahkan seratus ribu. Ini masalah harga yang menurutku tidak adil. Harga yang aneh".

Oleh pelayan kemudian dibawakan piring yang habis dipakai untuk makan kedua bapak-bapak tersebut. Kepada keduanya ditunjukkan bekas piring masing-masing.

"Di warung kami, untuk sekali makan semua harus membayar sepuluh ribu, Bapak. Apapun yang bapak makan dan berapapun jumlahnya, harga tetap sepuluh ribu, Bapak. Yang membedakan adalah seberapa banyak makanan yang tersisa di piring setelah makan dilangsungkan. Semakin banyak makanan yang tersisa, maka semakin banyak denda yang harus bapak Bayarkan. Nah, lima ribu tambahan yang harus bapak bayarkan adalah denda karena Bapak tidak menghabiskan makanan Bapak".

"Silakan melihat banner di atas pintu masuk rumah makan Kami, Bapak"

Kedua Bapak-bapak tersebut keluar dan membaca banner yang terpasang di atas pintu masuk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun