Mohon tunggu...
Arif Meftah Hidayat
Arif Meftah Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Buruh Pabrik

Dengan atau tanpa saya menulis, dunia juga tidak akan berubah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cermin | Komoditas Politik

12 Agustus 2018   23:59 Diperbarui: 13 Agustus 2018   00:17 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Adalah pembangunan yang sangat biadab. Pembangunan insfraktruktur yang dikejar gencar. Bukan karena rumah-rumah yang harus berpindah. Bukan pula karena harus diganti ruginya tanah-tanah. Tapi ikut ditanggungnya semua biaya pembangunan oleh generasi penerus mereka. Masyarakat yang terdampak langsung pembangunan tetapi tidak merasakan langsung menfaat dari hasil pembangunan.

Pembangunan menggunakan utang luar negeri dengan sistem gali lubang tutup lubang yang mungkin bahkan sampai generasi ketujuhpun belum tentu bisa dilunasi. Pembangunan yang mempercepat akses bergeraknya barang dan jasa. Pembangunan yang diharapkan meningkatkan produktivitas dan menciptakan lapangan kerja.

Semua memang bertambah cepat. Perjalanan dapat ditempuh dalam waktu yang singkat. Namun tidak dengan harga komoditas yang naiknya tak bisa dihambat. Harga beras tak kunjung menurun ditengah lebih singkatnya rantai pasokan beras dari sentra ke konsumen. Pun dengan komoditas lain seperti cabai, bawang merah, dan bawang putih.

Semua bidang telah dipolitisasi. Politik menjadi komoditas unggulan untuk mendapatkan kekuasaan. Politik menjadi komoditas ungguluan untuk memperkaya golongan. Dan mungkin karena politik pulalah akhirnya hutang luar negeri mencapai hampir lima ribu trilliun rupiah.

Hutang yang sedari awal cukup memberikan beban khususnya mereka yang merasa tidak terdampak langsung hasil pembangunan. Hutang yang memberikan gambaran akan tingginya biaya pajak yang dibebankan ditengah semakin sulitnya mendapatkan pekerjaan. Dan hutang yang menghasilkan kekhawatiran rasional sampai hal yang paling tidak beralasan.

Kekhawatiran yang akhirnya tidak terbukti menjadi kenyataan. Karena jangankan tujuh turunan, setahun pun utang luar negeri bisa dilunasi. Semua berkat hal yang mayoritas orang benci. POLITIK.

Komoditas politik laku keras di pasar internasional. Lebih laku dari semua hasil tambang. Lebih laku dari semua komoditas pertanian. Dan dengan modal semua hal yang dipolitisasi, komoditas politik kita adalah yang paling banyak di dunia. Dan konsekuensi positifnya, hasil penjualan komoditas politik mampu membayar semua hutang luar negeri yang dimiliki.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun