Mohon tunggu...
Arif Meftah Hidayat
Arif Meftah Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Buruh Pabrik

Dengan atau tanpa saya menulis, dunia juga tidak akan berubah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Cuci

15 Januari 2018   07:51 Diperbarui: 15 Januari 2018   08:44 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.sutekideaiine.com

Beberapa potong pakaian masih menggantung basah di jemuran. Spatboard depan dua motor basah oleh tetasan air cucian. Mungkin akan ada yang protes, mungkin juga tidak. Teras sempit tetapi panjang  memang diperuntukkan untuk bermacam keperluan penghuninya, termasuk tempat parkir dan tempat untuk menjemur cucian penghuninya. Semua memang sudah sama-sama tahu, sama sama memahami. Ruang terbuka terbatas tersebut memang diperuntukkan untuk beragam keperluan. Jadi tidak ada yang protes ketika hanya spatboard yang terkena tetasan air bekas cucian.

Selain untuk parkir dan tempat jemuran, depan kamar-kamar kosan berukuran 3 x 3 meter tersebut juga dimanfaatkan untuk tempat memelihara burung sebagain penghuninya. Terdapat beberapa rumput yang tumbuh diantara urugan batu yang ditata tidak terlalu rapi di halamannya. Pemilik kos memang tidak sengaja menyemen halamannya agar ketika hujan air bisa langsung meresap ke dalamnya. Biar tidak licin, batu-batu tidak beraturan tersebut salah satu solusinya.

Di bawah tali jemuran tidak seperti bawah tali jemuran yang lain. Tidak terdapat rumput-rumput yang tumbuh sebagai tanda seringnya ada tetesan air di bawahnya. Tidak terdapat pula bekas-bekas lubang kecil bekas percikan air dari jemuran. Bawah tali jemuran sama seperti yang lain. Rata dan tidak menandakan tali jemuran tersebut sering digunakan penghuninya. Dan memang benar, karena selama ini yang memanfaatkan jemuran tersebut hanyalah Joko. Satu-satunya penghuni kos yang menolak me-laundry-kan pakaiannya dan memilih untuk mencuci semuanya sendiri.

Sudah empat hari joko sakit dan tidak masuk kerja. Itu juga yang membuat rekan-rekan kerjanya menjenguknya di kosan. Tidak ada ruang tamu disana. Hanya beberapa bangku yang biasa digunakan bercengkerama penghuni kosan yang terletak di teras depan kamar-kamar.

"Kenapa gak kamu laundry aja pakaianmu, Jok?", tanya Pak Mar sambil melihat ke arah beberapa potong pakaian yang tergantung di tali jemuran.

"Gak kenapa-kenapa Pak, lebih bersih dicuci sendiri."

"Enggak juga! Laundry aja! Apalagi kondisi sakit seperti ini. Sekarang laundry juga murah-murah. Tak akan berselisih banyak dengan kau mencuci sendiri"

"Sebenarnya alasan utamanya bukan karena lebih bersih, lebih murah, lebih aman, lebih praktis, dan atau lebih yang lain-lainnya Pak. Alasannya adalah ibu saya Pak. Ibu saya sudah single fighter sejak saya duduk di bangku SMA. Dan dengan membuka jasa cuci untuk tetangga, ibu saya menghidupi dan membiayai saya hingga sarjana. Bahkan sampai sekarang pun, sampai ketika tiap bulan aku mengirimkan uang yang lebih dari cukup, ibu saya tetap melakukan mencucikan pakaian-pakaian dari tetangga. Tidak banyak yang mampu ku berikan untuk ibuk saya, dan mencuci semuanya sendiri mungkin adalah salah satu cara menghargai ibu saya Pak"

Sore itu angin berhempus kencang. Menjatuhkan daun-daun trembesi yang bahkan masih segar. Menggoyang-goyangkan hasil cucian yang masih tergantung di tali jemuran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun